Poker Uang Asli – Waktu itu aku punya teman namanya Dayat dia mempunyai
kakak yang cantik dan menawan namanya Lisa terpaut 3-4 tahun dengan
kakak Lisa, aku sering maen ke tempatnya Dayat disana saya betah karena
sering disuguhkan jajanan dan makanan sambil nonotn film terbaru.
Kakak
Lisa memang seksi sekali apalagi kalau sedang memakai seragam sekolah
SMA uh bikin ngiler lihat body montoknya yang membelah, dengan payudara
yang besar aku sering mencuri curi pandang, dia kalau beicara denganku
selalu yang berbau ngeres, selalu pikiran saya membayangkan hal-hal yang
erotik tentang dia yang saya tidak pernah terpikirkan sama wanita lain.
Tubuhnya
sebetulnya biasa-biasa saja, tidak terlalu tinggi, tapi proporsional.
Dan kalau orang sekarang bilang, body-nya bahenol Dan tetap jelas
lekuk-lekuk tubuhnya tampak bila dia berpakaian.
Rambutnya panjang
sebahu dengan payudara yang sedikit lebih besar dari rata-rata, Dan
mengacung ke atas. Suatu ketika saya sedang main ke rumah Dayat, Ayah
Lisa sedang membetulkan mobilnya di kebun depan rumah Lisa.
Kami semua berada di situ melihat ke dalam mesin mobil tersebut. Saya
berdiri persis kebetulan di sebelah Lisa. Dia berada di sebelah kanan
saya. Pada waktu itu Lisa memakai baju jenis baju tidur, berbentuk
celana pendek dan baju atasan.
Warnanya biru muda sekali sampai
hampir putih dengan gambar hiasan bunga-bunga kecil yang juga berwarna
biru muda. Lengan bajunya lengan buntung, dan pas di pinggir lengan
bajunya di hiasi renda-renda berwarna putih manis.
Bajunya karena
itu pakaian tidur jadi bentuknya longgar dan lepas di bagian
pinggangnya. Bagian bawahnya berupa celana pendek longgar juga, sewarna
dengan bagian atasnya dengan bahan yang sama.
Semua melihat ke
dalam mesin mobil sehingga tidak ada yang melihat ke arah saya. Pada
saat itu lah saya melirik ke arah Lisa dan melihat payudara Lisa dari
celah bawah ketiaknya. Perlu diingat bahwa tinggi badan saya pada umur
itu persis sepayudara Lisa.
Dia tidak menggunakan BH waktu itu.
Puting susunya yang coklat dan mengacung kelihatan dengan jelas dari
celah itu karena potongan lengan bajunya yang kendor. Hampir seluruh
payudara Lisa yang sebelah kiri dapat kelihatan seluruhnya.
Tentu
saja dia tidak sadar akan hal itu. Suatu ketika ada juga saat dimana
kami sedang bersama-sama melihat TV di ruang tamu. Saya duduk di sofa
untuk satu orang yang menghadap langsung ke TV.
Dan Lisa duduk di
sofa panjang di bagian sebelah kiri dari TV di depan kiri saya. Saya
dapat langsung melihat TV, tapi untuk orang yang duduk di sofa panjang
itu harus memutar badannya ke kiri untuk melihat TV, karena sofa panjang
tersebut menghadap ke arah lain.
Lisa akhirnya memutuskan untuk
berbaring telungkup sambil melihat TV karena dalam posisi tersebut lebih
mudah. Dia memakai baju tidur berupa kain sejenis sutera putih yang
bahannya sangat lemas, sehingga selalu mengikuti lekuk tubuhnya.
Baju
tidur ini begitu pendek sehingga hanya cukup untuk menutupi pantat
Lisa. Bagian atasnya begitu kendor sehingga setiap kali tali bahunya
selalu jatuh ke lengan Lisa dan dia harus berulang-ulang membetulkannya.
Dalam
posisi telungkup begitu baju tidurnya pun tersingkap sedikit ke atas
dan menampakkan vagina Lisa dari belakang. Kebetulan saya duduk di
bagian yang lebih ke belakang dari pada Lisa, jadi saya dapat melihat
langsung dengan bebasnya.
Semakin dia bergerak, semakin bajunya
tersingkap ke atas pinggulnya. Lisa pada saat itu tidak memakai pakaian
dalam sama sekali, karena kebetulan rumah sedang sepi dan sebetulnya itu
waktu tidur siang.
Kadang-kadang pahanya merenggang dan vaginanya
lebih jelas kelihatan lagi. Lisa agaknya tidak perduli kalau saat itu
saya sedang berada di situ juga. Sesekali dia bangun untuk ke dapur
mengambil minum, dan sekali ini tali bajunya turun lagi ke lengannya dan
menampakkan sebagian payudara kiri Lisa.
Kali ini dia tidak
membetulkannya dan berjalan terus ke arah dapur. Karena banyak bergerak
dan membungkuk untuk mengambil sesuatu di dapur, akhirnya payudara
kirinya betul-betul tumpah keluar dan betul-betul kelihatan seluruhnya.
Sambil
berjalan balik dari dapur, Lisa tidak kelihatan perduli dan membiarkan
payudara kirinya tetap tergantung bebas. Sesekali dia betulkan, tapi
karena memang baju tidurnya yang belahan dadanya terlalu rendah,
akhirnya turun lagi dan turun lagi.
Dan setiap kali payudaranya
selalu meledak keluar dari balik bajunya, kalau tidak yang sebelah kanan
yang sebelah kiri. Lisa tetap kelihatan seperti tidak terjadi apa-apa,
walaupun satu payudara terbuka bebas seperti itu.
Lisa kembali
berbaring telungkup di sofa panjang melihat ke arah TV. Sekarang
payudara kanannya yang tergantung bebas tanpa penutup. Setelah beberapa
lama dan menggeser-geser posisinya di atas sofa, sekarang baju tidurnya
sudah tidak rapi dan terangkat sampai ke pinggulnya lagi.
Karena
posisi pahanya yang sekarang tertutup, saya hanya dapat melihat sebagian
bawah pantat Lisa yang mulus dan sexy. Lisa menggeser posisinya lagi,
dan sekarang tali baju yang sebelah kiri turun. Sekarang kedua
payudaranya bebas menggantung di tempatnya tanpa penutup.
Dari
posisi saya tentunya hanya dapat melihat yang bagian kanannya karena
saya duduk di bagian kanan. Lisa balik lagi ke dapur untuk yang kesekian
kalinya mengambil minum dan tetap membiarkan payudaranya terbuka dengan
bebas.
Dan balik lagi telungkup melihat TV. Saya mencoba
mengajaknya mengobrol dalam posisi itu. Tentu saja tidak mungkin karena
dia menghadap ke arah TV. Pertama-tama dia ketahuan sedang malas diajak
ngobrol dan hanya terlihat ingin melihat TV.
Karena saya tetap
bertanya-tanya ini itu ke dia, akhirnya dia pun mulai menanggapi saya.
Suatu ketika karena dia harus menghadap saya tetapi malas duduk,
akhirnya dia membalikkan diri ke arah kanan untuk menghadap ke saya.
Pada
saat itu lah vaginanya terlihat dengan sempurna terpajang menghadap
saya. Perlu diketahui, payudara Lisa masih tetap tergantung bebas dan
padat tanpa penutup karena dia tidak repot-repot lagi membetulkan letak
tali bajunya.
Baju tidur Lisa terangkat lagi sampai ke pinggul.
Dan dia tetap ngobrol seperti seakan-akan tidak terjadi apa-apa. Cukup
lama juga kami ngobrol dengan posisi dia seperti itu. Kadang-kadang
malah kakinya mengangkang menampakkan vaginanya.
Dan dia tetap
bersikap seakan-akan tidak ada apa-apa dan tetap berbicara biasa.
Akhirnya saya tidak kuat lagi. Suatu saat, pada saat dia mengambil
makanan dari atas meja dan posisinya membelakangi saya, vagina Lisa
mengintip dari celah pahanya dari belakang tepat 1-2 meter di depan
wajah saya.
Saya buka retslueting saya yang dari tadi sudah berisi
penis yang sudah keras tidak kepalang tanggung, dan mengeluarkannya
dari celana dalam saya. Dari belakang saya menghampiri Lisa perlahan.
Pada
saat ini dia masih belum tahu dan masih tetap memilih-milih makanan,
sampai terasa ada tangan yang memegang kedua payudaranya dari belakang
dan merasakan ada benda panjang, besar dan hangat menyentuh-nyentuh di
sela-sela paha dan belahan pantatnya.
Lisa terkejut. Saya tetap
meremas dan memainkan kedua payudara Lisa dengan kedua tangan saya dan
mulai perlahan-lahan menyelipkan penis saya ke dalam vaginanya. Vagina
Lisa selalu basah dari pertama karena dia dapat menjaga situasi dirinya
sehingga tetap basah walaupun pada saat-saat dia tidak nafsu untuk
bermain sex.
Penis saya masuk ke dalam Vagina Lisa dari belakang.
Lisa melenguh tanpa dapat berbuat apa-apa karena semuanya berlangsung
begitu cepat. Tangannya bertumpu ke atas meja makan. Mungkin dia
bertanya-tanya juga dalam hati, ini anak SD tapi nafsunya sudah seperti
orang dewasa.
Saya mulai membuat gerakan maju mundur sambil tangan
saya masih meremas-remas payudaranya. Lisa terdorong-dorong ke meja
makan di depannya, payudaranya bergoyang-goyang seirama dengan dorongan
penis saya ke dalam vaginanya.
Kaki Lisa dalam posisi berdiri
mengangkang membelakangi saya. Akhirnya saya klimaks. Sperma demi sperma
menyemprot dengan kuatnya ke dalam vagina Lisa, sebagian meleleh keluar
dari dalam vagina ke bagian paha dalam Lisa yang masih berdiri
mengangkang membelakangi saya.
Setelah semprotan terakhir di dalam
vagina Lisa, kami masih berdiri lemas tanpa merubah posisi. Kepala saya
lunglai ke depan, kepala Lisa juga, napas kami terengah-engah, dan
keringat banjir membasahi tubuh kami.
Akhirnya saya menarik penis
saya keluar dari vagina Lisa, dan kembali memasukkannya ke dalam celana
dalam dan menarik kembali retslueting ke atas. Lisa masih terengah-engah
dalam posisi yang belum berubah bertumpu dengan kedua tangan ke atas
meja makan.
Vagina dan belahan pantatnya masih terpajang bebas
bergerak seirama dengan desah napasnya. Saya kembali duduk di depan TV,
dan Lisa kembali ke sofa panjang tempat tadi dia berbaring, tapi
sekarang dia tidak telungkup, melainkan duduk tanpa membetulkan letak
dan posisi bajunya atau membersihkan bekas-bekas sperma dan keringat
yang ada di sekujur tubuhnya.
Lisa duduk bersandar rileks dan
vaginanya terlihat terpajang dengan jelas karena posisi duduknya yang
terbuka lumayan lebar. Matanya setengah terpejam tergolek di atas
sandaran sofa. Tangannya lunglai di samping badannya. Napasnya masih
terengah-engah.
Dia melirik sedikit ke arah saya dan tersenyum.
Saya pun tersenyum nakal padanya bagaikan normalnya anak umur 13 tahun.
Dan dia berdiri berjalan masuk menuju ke kamar tidurnya. Lisa ini kalau
lagi merasa sendirian di rumah memang betul-betul cuek.
Pada saat
lain dimana saya sedang main ke rumah Dayat tapi Dayatnya belum pulang
sekolah, Lisa kerap kali memakai baju semaunya dan sangat minim tanpa
repot-repot pakai pakaian dalam.
Kadang-kadang hanya memakai
T-shirt sebatas pantat yang kebesaran dan longgar tanpa pakai apa-apa
lagi, dan sudah kebiasaan Lisa kalau duduk posisinya tidak rapi,
sehingga pinggul dan selangkangannya seringkali merenggang dan
menampakkan vaginanya yang segar dan basah.
Kadang-kadang dia
hanya memakai gaun tidur putih backless tipisnya yang mini dengan
belahan dada rendah sebatas puting, sehingga puting susunya seringkali
nampak mengintip keluar. Atau mondar-mandir hanya memakai kimono handuk
hijau mudanya sebatas paha.
Dan kalau pakai kimono begitu
dibiarkannya tali pinggangnya tidak diikat hingga bagian depannya
tubuhnya terbuka. Jalan ke dapur atau duduk nonton TV di sofa tanpa
membenarkan letak kimononya, atau makan siang setengah telanjang.
Dan
Lisa sudah biasa begitu jika merasa tidak ada orang di rumah. Vaginanya
selalu bebas tanpa penutup. Ada kalanya dimana dia baru pulang sekolah
dan masih berbaju SMA putih abu-abu.
Semasuknya di rumah yang
pertama dilepas adalah celana dalam dan BH-nya dulu. Dan itu
dilakukannya dengan ekspresi seperti dia sedang melepas sepatu dan kaos
kakinya, yaitu di ruang tamu, dan di depan mata saya.
Pernah
celana dalam dan BH-nya dilempar ke arah wajah saya sambil dia tertawa
bercanda, atau biasanya dilemparkan saja semaunya di lantai. Terus
biasanya dia kemudian makan siang sambil nonton TV dengan baju OSIS
SMA-nya ditambah payudaranya yang montok padat berisi dan terkocok-kocok
jika Lisa bergerak dengan puting susunya yang tercetak jelas.
Biasanya
penis saya perlahan-lahan mengeras. Kalau lagi tidak tahan, tanpa basa
basi saya buka retslueting celana, keluarkan penis, angkat rok SMA-nya
sampai ke pinggang, tidak perduli dia sedang melakukan apa dan
memasukkan penis saya tanpa minta ijin dia dulu.
Biasanya sih dia
kaget, tapi tidak berkata apa-apa sambil mulai menikmati gerakan penis
saya mengaduk-ngaduk vaginanya. Setelah sperma saya tumpah di dalam, dia
pun kembali meneruskan apapun aktivitasnya yang sempat terhenti oleh
sodokan penis saya.
Malah seringkali sepertinya aktivitas Lisa
tidak terganggu dengan adanya gesekan penis tegang dalam vaginanya.
Karena pernah suatu waktu dia masak di dapur dengan telanjang bulat
karena mungkin pikirnya tidak ada orang di rumah.
Selagi dia masih
menghadap ke arah kompor, pelan-pelan dari belakang saya menghampiri
dengan penis teracung. Perlahan-lahan saya selipkan penis berat saya
yang sudah keras di antara celah selangkangannya dari belakang.
Dia
kaget dan menengok sebentar, dengan suaranya yang khas dan nada cuek
biasanya dia hanya bilang, Eh kamu..! Kemudian secara refleks dia
melebarkan posisi antara kedua kakinya, sedikit menunggingkan pantatnya
dan membiarkan saya bermain dengan payudaranya dan melanjutkan
memasukkan penis saya dari belakang dan menyantapnya sampai selesai.
Memang
karena badan saya yang masih setinggi bahunya, setiap kali saya harus
naik ke kursi agar dapat memasukkan penis saya ke dalam vagina Lisa. Dan
itu saya lakukan anytime-anywhere di rumahnya selama hanya ada Lisa
sendiri di rumah. Sepertinya Lisa begitu merangsang karena pakaiannya
dan cara dia menempatkan posisi tubuhnya yang seakan-akan selalu
menyediakan vaginanya yang segar, bersih, sehat, basah dan berlendir itu
24 jam buat limpahan sperma dari penis saya yang bersih, besar, berat
dan panjang (walaupun waktu itu saya masih di bawah umur) ini di
dalamnya. Mungkin ini yang membedakan dia dengan remaja-remaja perempuan
lainnya.
No comments:
Post a Comment