Poker Uang Asli - Ngentot Dengan Janda Muda Seksi Dan Toket Gede – Ditinggal mati oleh
isteri di umur 39 tahun bukan hal yg menyenangkan. Namaqu Ardy, berasal
dari kawasan Timur Indonesia, tinggal di Surabaya. Isteriku Lia yg
terpaut lima tahun dariku sudah dipanggil menghadap hadirat penciptanya.
Tinggal aqu seorang diri dgn dua orang anak yg masih membutuhkan
perhatian penuh.
Aqu harus menjadi ayah sekaligus ibu bagi mereka.
Bukan hal yg mudah. Sejumlah kawan menyarankan untuk menikah lagi agar
anak-anak memperoleh ibu baru. Anjuran yg bagus, namun aqu tak ingin
anak-anak mendapat seorang ibu tiri yg tak menyaygi mereka. Karena itu
aqu sangat hati-hati.
Kehadiran anak-anak jelas merupakan hiburan
yg tak tergantikan. Anita kini berumur sepuluh tahun dan Marko adiknya
berumur enam tahun. Anak-anak yg lucu dan pintar ini sangat mengisi
kekosonganku. Namun kalau anak-anak lagi berkumpul bersama
kawan-kawannya, kesepian itu senantiasa menggoda. Ketika hari sudah
larut malam dan anak-anak sudah tidur, kesepian itu semakin menyiksa.
Sejalan
dgn itu, nafsu birahiku yg tergolong besar itu meledak-ledak butuh
penyaluran. Beberapa kawan mengajakku mencari perempuan panggilan namun
aqu tak berani. Resiko terkena penyakit mengendurkan niatku. Terpaksa
aqu bermasturbasi. Sesaat aqu merasa lega, namun sesudah itu keinginan
untuk menggeluti tubuh seorang perempuan selalu muncul di kepalaqu
karena rasa kesepian.
Tak terasa tiga bulan sudah berlalu. Perlahan-lahan aqu mulai menaruh
perhatian ke perempuan-perempuan lain. Beberapa kawan kerja di kantor
yg masih lajang kelihatannya membuka peluang. Namun aqu lebih suka
memiliki mereka sebagai kawan.
Karena itu tak ada niat untuk membina
hubungan serius. Di saat keinginan untuk menikmati tubuh seorang
perempuan semakin meningkat, kesempatan itu datang dgn sendirinya. Senja
itu di hari Jumat, aqu pulang kerja. Sepeda motorku santai saja
kularikan di sepanjang Jalan Darmo. Maklum sudah mulai gelap dan aqu tak
terburu-buru.
Di depan hotel Mirama kulihat seorang perempuan
kebingungan di samping mobilnya, Suzuki Baleno. Rupanya mogok.
Kendaraan-kendaraan lain melaju lewat, tak ada orang yg peduli. Ia
menoleh ke kiri dan ke kanan, tak tahu apa yg hendak dilaqukan. Rupanya
mencari bantuan. Aqu mendekat.
“Ada yg bisa aqu bantu, Mbak?” tanyaqu sopan.
Ia terkejut dan menatapku agak curiga. Aqu memahaminya. Akhir-akhir ini banyak kejahatan berkedok tawaran bantuan seperti itu.
“Tak usah taqut, Mbak”, kataqu.”Namaqu Ardy. Boleh aqu lihat mesinnya?”
Walaupun
agak segan ia mengucapkan terima kasih dan membuka kap mesinnya.
Ternyata hanya problema penyumbatan slang bensin. Aqu membetulkannya dan
mesin dihidupkan lagi. Ia ingin membayar namun aqu menolak. Kejadian
itu berlalu begitu saja.
Tak kuduga hari berikutnya aqu bertemu lagi
dgnnya di Tunjungan Plaza. Aqu sedang menemani anak-anak berjalan-jalan
ketika ia menyapaqu. Kuperkenalkan dia pada anak-anak. Ia tersenyum
manis kepada keduanya.
“Sekali lagi terima kasih untuk bantuan
kemarin sore”, katanya,”Namaqu Meywan. Maaf, kemarin tak sempat
berkenalan lebih lanjut.”
“Aqu Ardy”, sahutku sopan.
Harus
kuaqui, mataqu mulai mencuri-curi pandang ke seluruh tubuhnya. Perempuan
itu jelas turunan Cina. Kontras dgn pakaian kantor kemarin, ia sungguh
menarik dalem pakaian santainya. Ia mengenakan celana jeans biru agak
ketat, dipadu dgn kaos putih berlengan pendek dan leher rendah.
Pakaiannya
itu jelas menampilkan keseksian tubuhnya. Buah dadanya yg ranum
berukuran kira-kira 38 menonjol dgn jujurnya, dipadu oleh pinggang yg
ramping. Pinggulnya bundar indah digantungi oleh dua bongkahan bokong yg
besar.
“Kok bengong”, katanya tersenyum-senyum,”Ayo minum di sana”, ajaknya.
Seperti
kerbau dicocok hidungnya aqu menurut saja. Ia menggandeng kedua anakku
mendahului. Keduanya tampak ceria dibelikan es krim, sesuatu yg tak
pernah kulaqukan. Kami duduk di meja terdekat sembari memperhatikan
orang-orang yg lewat.
“Ibunya anak-anak nggak ikut?” tanyanya.
Aqu tak menjawab. Aqu melirik ke kedua anakku, Anita dan Marko. Anita menunduk menghindari air mata.
“Ibu sudah di surga, Tante”, kata Marko polos. Ia memandangku.
“Isteriku sudah meninggal”, kataqu. Hening sejenak.
“Maaf”, katanya,”Aqu tak bermaksud mencari tahu”, lanjutnya dgn rasa bersalah.
Pokok pembicaraan beralih ke anak-anak, ke sekolah, ke pekerjaan dan
sebagainya. Akhirnya aqu tahu kalau ia manajer cabang satu perusahaan
pemasaran tekstil yg mengelola beberapa toko pakaian. Aqu juga akhirnya
tahu kalau ia berumur 32 tahun dan sudah menjanda selama satu setengah
tahun tanpa anak.
Selama pembicaraan itu sulit mataqu terlepas
dari bongkahan dadanya yg menonjol padat. Menariknya, sering ia
menggerak-gerakkan tubuhnya sehingga buah dadanya itu dapat lebih
menonjol dan kelihatan jelas bentuknya. Beberapa kali aqu menelan air
liur membaygkan nikmatnya menggumuli tubuh bahenol nan seksi ini.
“Nggak berpikir menikah lagi?” tanyaqu.
“Rasanya nggak ada yg mau sama aqu”, sahutnya.
“Ah, Masak!” sahutku,”Aqu mau kok, kalau diberi kesempatan”, lanjutku
sedikit nakal dan memberanikan diri.”Kamu masih cantik dan menarik.
Seksi lagi.”
“Ah, Ardy bisa aja”, katanya tersipu-sipu sembari menepuk tanganku. Tapi nampak benar ia senang dgn ucapanku.
Tak terasa hampir dua jam kami duduk ngobrol. Akhirnya anak-anak
mendesak minta pulang. Meywan, perempuan Cina itu, memberikan alamat
rumah, nomor telepon dan HP-nya. Ketika akan beranjak meninggalkannya ia
berbisik,
“Aqu menunggu Ardy di rumah.”
Hatiku
bersorak-sorak. Lelaki mana yg mau menolak kesempatan berada bersama
perempuan semanis dan seseksi Meywan. Aqu mengangguk sembari mengedipkan
mata. Ia membalasnya dgn kedipan mata juga. Ini kesempatan emas.
Apalagi sore itu Anita dan Marko akan dijemput kakek dan neneknya dan
bermalam di sana.
“OK. Malam nanti aqu main ke rumah”, bisikku juga, “Jam tujuh aqu sudah di sana.” Ia tersenyum-senyum manis.
Sore
itu sesudah anak-anak dijemput kakek dan neneknya, aqu membersihkan
sepeda motorku lalu mandi. Sembari mandi imajinasi seksualku mulai
muncul. Bagaimana tampang Meywan tanpa pakaian? Pasti indah sekali
tubuhnya yg bugil. Dan pasti sangatlah nikmat menggeluti dan menyetubuhi
tubuh semontok dan selembut itu.
Apalagi aqu sebetulnya sudah
lama ingin menikmati tubuh seorang perempuan Cina. Tapi apakah ia mau
menerimaqu? Apalagi aqu bukan orang Cina. Dari kawasan Timur Indonesia
lagi. Kulitku agak gelap dgn rambut yg ikal.
Tapi.. Peduli amat. Toh
ia yg mengundangku. Andaikata aqu diberi kesempatan, tak akan
kumur-siakan. Kalau toh ia hanya sekedar mengungkapkan terima kasih atas
pertolongaqu kemarin, yah tak apalah. Aqu tersenyum sendiri.
Jam
tujuh lewat lima menit aqu berhasil menemukan rumahnya di kawasan
Margorejo itu. Rumah yg indah dan mewah untuk ukuranku, berlantai dua
dgn lampu depan yg buram. Kupencet bel dua kali. Selang satu menit
seorang perempuan separuh baya membukakan pintu pagar. Rupanya pembantu
rumah tangga.
“Pak Ardy?” ia bertanya, “Silahkan, Pak. Bu Meywan menunggu di dalem”, lanjutnya lagi.
Aqu mengikuti langkahnya dan dipersilahkan duduk di ruang tamu dan
iapun menghilang ke dalem. Selang semenit, Meywan keluar. Ia mengenakan
baju dan celana santai di bawah lutut. Aqu berdiri menyambutnya.
“Selamat datang ke rumahku”, katanya.
Ia mengembangkan tangannya dan aqu dirangkulnya. Sebuah ciuman mendarat
di pipiku. Ini ciuman pertama seorang perempuan ke pipiku sejak
kematian isteriku. Aqu berdebaran. Ia menggandengku ke ruang tengah dan
duduk di sofa yg empuk. Mulutku seakan terkunci. Beberapa saat
bercakap-cakap, si pembantu rumah tangga datang menghantar minuman.
“Silahkan diminum, Pak”, katanya sopan, “Aqu juga sekalian pamit, Bu”, katanya kepada Meywan.
“Makan sudah siap, Bu. Aqu datang lagi besok jam sepuluh.”
“Biar masuk sore aja, Bu”, kata Meywan, “Aqu di rumah aja besok. Datang saja jam tiga-an.”
Pembantu itu mengangguk sopan dan berlalu.
“Ayo minum. Santai aja, aqu mandi dulu”, katanya sembari menepuk pahaqu.
Tersenyum-senyum ia berlalu ke kamar mandi. Di saat itu kuperhatikan.
Pakaian santai yg dikenakannya cukup memberikan gambaran bentuk
tubuhnya. Buah dadanya yg montok itu menonjol ke depan laksana gunung.
Bokongnya yg besar dan bulat berayun-ayun lembut mengikuti gerak
jalannya. Pahanya padat dan mulus ditopang oleh betis yg indah.
“Santai saja, anggap di rumah sendiri”, lanjutnya sebelum menghilang ke balik pintu.
Dua puluh menit menunggu itu rasanya seperti seabad. Ketika akhirnya ia
muncul, Meywan membuatku terkesima. Rambutnya yg panjang sampai di
punggungnya dibiarkan tergerai. Wajahnya segar dan manis. Ia mengenakan
baju tidur longgar berwarna cream dipadu celana berenda berwarna serupa.
Namun
yg membuat mataqu membelalak ialah bahan pakaian itu tipis, sehingga
pakaian dalemnya jelas kelihatan. BH merah kecil yg dikenakannya
menutupi hanya sepertiga buah dadanya memberikan pemandangan yg indah.
Celana dalem merah jelas memberikan bentuk bokongnya yg besar
bergelantungan. Pemandangan yg menggairahkan ini spontan mengungkit
nafsu birahiku. Kemaluanku mulai bergerak-gerak dan berdenyut-denyut.
“Aqu
tahu, Ardy suka”, katanya sembari duduk di sampingku, “Siang tadi di TP
(Tunjungan Plaza) aqu lihat mata Ardy tak pernah lepas dari buah
dadaqu. Tak usah khawatir, malam ini sepenuhnya milik kita.” Cerita Sex
Ia lalu mencium pipiku. Nafasnya menderu-deru. Dalem hitungan detik
mulut kami sudah lekat berpagutan. Aqu merengkuh tubuh montok itu ketat
ke dalem pelukanku. Tangaqu mulai bergerilya di balik baju tidurnya
mencari-cari buah dadanya yg montok itu. Ia menggeliat-geliat agar
tanganku lebih leluasa bergerak sembari mulutnya terus menyambut
permainan bibir dan lidahku. Lidahku menerobos mulutnya dan bergulat dgn
lidahnya.
Tangannya pun aktif menyerobot T-shirt yg kukenakan dan
meraba-raba perut dan punggungku. Membalas gerakannya itu, tangan
kananku mulai merayapi pahanya yg mulus. Kunikmati kehalusan kulitnya
itu. Semakin mendekati pangkal pahanya, kurasa ia membuka kakinya lebih
lebar, biar tanganku lebih leluasa bergerak.
Peralahan-lahan
tanganku menyentuh gundukan kemaluannya yg masih tertutup celana dalem
tipis. Jariku menelikung ke balik celana dalem itu dan menyentuh bibir
kemaluannya. Ia mengaduh pendek namun segera bungkam oleh permainan
lidahku. Kurasakan tubuhnya mulai menggeletar menahan nafsu birahi yg
semakin meningkat.
Tangannyapun menerobos celana dalemku dan tangan
lembut itu menggenggam batang kemaluan yg kubanggakan itu. Kemaluanku
tergolong besar dan panjang. Ukuran tegang penuh kira-kira 15 cm dgn
diameter sekitar 4 cm. Senjata kebanggaanku inilah yg pernah menjadi
kesukaan dan kebanggaan isteriku. Aqu yakin senjataqu ini akan menjadi
kesukaan Meywan. Ia pasti akan ketagihan.
“Au.. Besarnya”, kata Meywan sembari mengelus lembut kemaluanku.
Elusan
lembut jari-jarinya itu membuat kemaluanku semakin mengembang dan
mengeras. Aqu mengerang-ngerang nikmat. Ia mulai menjilati dagu dan
leherku dan sejalan dgn itu melepaskan bajuku. Segera sesudah lepas
bajuku bibir mungilnya itu menyentuh puting susuku. Lidahnya bergerak
lincah menjilatinya.
Aqu merasakan kenikmatan yg luar biasa.
Tangannya kembali menerobos celanaqu dan menggenggam kemaluanku yg
semakin berdenyut-denyut. Aqu pun bergerak melepaskan pakaian tidurnya.
Rasanya seperti bermimpi, seorang perempuan Cina yg cantik dan seksi
duduk di pahaqu hanya dgn celana dalem dan BH.
“Ayo ke kamar”, bisiknya, “Kita tuntaskan di sana.”
Aqu
bangkit berdiri. Ia menjulurkan tangannya minta digendong. Tubuh
bahenol nan seksi itu kurengkuh ke dalem pelukanku. Kuangkat tubuh itu
dan ia bergayut di leherku. Lidahnya terus menerabas batang leherku
membuat nafasku terengah-engah nikmat.
Buah dadanya yg sungguh
montok dan lembut menempel lekat di dadaqu. Masuk ke kamar tidurnya,
kurebahkan tubuh itu ke ranjang yg lebar dan empuk. Aqu menariknya
berdiri dan mulai melepaskan BH dan celana dalemnya.
Ia membiarkan
aqu melaqukan semua itu sembari mendesah-desah menahan nafsunya yg
pasti semakin menggila. Sesudah tak ada selembar benangpun yg menempel
di tubuhnya, aqu mundur dan memandangi tubuh telanjang bulat yg
mengagumkan itu.
Kulitnya putih bersih, wajahnya bulat telur dgn
mata agak sipit seperti umumnya orang Cina. Rambutnya hitam tergerai
sampai di punggungnya. Buah dadanya sungguh besar namun padat dan
menonjol ke depan dgn puting yg kemerah-merahan. Perutnya rata dgn
lekukan pusar yg menawan.
Pahanya mulus dgn pinggul yg bundar
digantungi oleh dua bongkah bokong yg besar bulat padat. Di sela paha
itu kulihat gundukan hitam lebat bulu kemaluannya. Sungguh pemandangan
yg indah dan menggairahkan birahi.
“Ngapain hanya lihat tok,” protesnya.
“Aqu kagum akan keindahan tubuhmu”, sahutku.
“Semuanya ini milikmu”, katanya sembari merentangkan tangan dan mendekatiku.
Tubuh bugil polos itu kini melekat erat ditubuhku. Didorongnya aqu ke
atas ranjang empuk itu. Mulutnya segera menjelajahi seluruh dada dan
perutku terus menurun ke bawah mendekati pusar dan pangkal pahaqu.
Tangannya lincah melepaskan celanaqu. Celana dalemku segera
dipelorotnya.
Kemaluanku yg sudah tegang itu mencuat keluar dan
berdiri tegak. Tiba-tiba mulutnya menangkap batang kemaluanku itu.
Kurasakan sensai yg luar biasa ketika lidahnya lincah memutar-mutar
kemaluanku dalem mulutnya. Aqu mengerang-ngerang nikmat menahan semua
sensasi gila itu.
Puas mempermainkan kemaluanku dgn mulutnya ia
melepaskan diri dan merebahkan diri di sampingku. Aqu menelentangkannya
dan mulutku mulai beraksi. Kuserga buah dada kanannya sembari tangan
kananku meremas-remas buah dada kirinya. Bibirku mengulum puting buah
dadanya yg mengeras itu.
Buah dadanya juga mengeras diiringi deburan
jantungnya. Puas buah dada kanan mulutku beralih ke buah dada kiri.
Lalu perlahan namun pasti aqu menuruni perutnya. Ia
menggelinjang-linjang menahan desakan birahi yg semakin menggila. Aqu
menjilati perutnya yg rata dan menjulurkan lidahku ke pusarnya.
“Auu..” erangnya, “Oh.. Oh.. Oh..” jeritnya semakin keras.
Mulutku
semakin mendekati pangkal pahanya. Perlahan-lahan pahanya yg mulus
padat itu membuka, menampakkan liang surgawinya yg sudah merekah dan
basah. Rambut hitam lebat melingkupi liang yg kemerah-merahan itu.
Kudekatkan mulutku ke liang itu dan perlahan lidahku menyuruk ke dalem
liang yg sudah basah membanjir itu.
Ia menjerit dan spontan duduk
sembari menekan kepalaqu sehingga lidahku lebih dalem terbenam. Tubuhnya
menggeliat-geliat seperti cacing kepanasan. Bokongnya menggeletar hebat
sedang pahanya semakin lebar membuka.
“Aaa.. Auu.. Ooo..”, jeritnya keras.
Aqu
tahu tak ada sesuatu pun yg bakalan menghalangiku menikmati dan
menyetubuhi si canting bahenon nan seksi ini. Tapi aqu tak ingin
menikmatinya sebagai orang raqus. Sedikit demi sedikit namun sangat
nikmat. Aqu terus mempermainkan klitorisnya dgn lidahku.
Tiba-tiba
ia menghentakkan bokongnya ke atas dan memegang kepalaqu erat-erat. Ia
melolong keras. Pada saat itu kurasakan banjir cairan vaginanya. Ia
sudah mencapai orgasme yg pertama. Aqu berhenti sejenak membiarkan ia
menikmatinya. Sesudah itu mulailah aqu menjelajahi kembali bagian
tersensitif dari tubuhnya itu.
Kembali erangan suaranya terdengar
tanda birahinya mulai menaik lagi. Tangannya terjulur mencari-cari
batang kejantananku. Kemaluanku sudah tegak sekeras beton. Ia
meremasnya. Aqu menjerit kecil, karena nafsuku pun sudah diubun-ubun
butuh penyelesaian.
Kudorong tubuh bahenon nan seksi itu rebah ke
kasur empuk. Perlahan-lahan aqu bergerak ke atasnya. Ia membuka pahanya
lebar-lebar siap menerima penetrasi kemaluanku. Kepalanya bergerak-gerak
di atas rambutnya yg terserak.
Mulutnya terus menggumam tak
jelas. Matanya terpejam. Kuturunkan bokongku. Batang kemaluanku
berkilat-kilat dan memerah kepalanya siap menjalankan tugasnya.
Kuusap-usapkan kemaluanku di bibir kemaluannya. Ia semakin menggelinjang
seperti kepinding.
“Cepat.. Cepat.. Aqu sudah nggak tahan!” jeritnya.
Kuturunkan bokongku perlahan-lahan. Dan.. BLESS!
Kemaluanku menerobos liang senggamanya diiringi jeritannya membelah
malam. Tetangga sebelah mungkin bisa mendengar lolongannya itu. Aqu
berhenti sebentar membiarkan dia menikmatinya. Lalu kutekan lagi
bokongku sehingga kemaluanku yg panjang dan besar itu menerobos ke dalem
dan terbenam sepenuhnya dalem liang surgawi miliknya.
Ia
menghentak-hentakkan bokongnya ke atas agar lebih dalem menerima diriku.
Sejenak aqu diam menikmati sensasi yg luar biasa ini. Lalu
perlahan-lahan aqu mulai menggerakkan kemaluanku. Balasannya juga luar
biasa.
Dinding-dinding liang kemaluannya berusaha menggenggam batang
kemaluanku. Rasanya seberti digigit-gigit. Bokongnya yg bulat besar itu
diputar-putar untuk memperbesar rasa nikmat. Buah dadanya
tergoncang-goncang seirama dgn genjotanku di kemaluannya.
Matanya
terpejam dan bibirnya terbuka, berdesis-desis mulutnya menahankan rasa
nikmat. Desisan itu berubah menjadi erangan kemudian jeritan panjang
terlontar membelah udara malam. Kubungkam jeritannya dgn mulutku.
Lidahku bertemu lidahnya. Sementara di bawah sana kemaluanku leluasa
bertarung dgn kemaluannya, di sini lidahku pun leluasa bertarung dgn
lidahnya.
“OH..”, erangnya, “Lebih keras sayg, lebih keras lagi.. Lebih keras.. Oooaah!”
Tangannya
melingkar merangkulku ketat. Kuku-kukunya membenam di punggungku.
Pahanya semakin lebar mengangkang. Terdengar bunyi kecipak lendir
kemaluannya seirama dgn gerakan bokongku. Di saat itulah kurasakan
gejala ledakan magma di batang kemaluanku. Sebentar lagu aqu akan
orgasme.
“Aqu mau keluar, Meywan”, bisikku di sela-sela nafasku memburu.
“Aqu juga”, sahutnya, “Di dalem sayg. Keluarkan di dalem. Aqu ingin kamu di dalem.”
Kupercepat gerakan bokongku. Keringatku mengalir dan menyatu dgn
keringatnya. Bibirku kutekan ke bibirnya. Kedua tanganku mencengkam
kedua buah dadanya. Diiringi geraman keras kuhentakkan bokongku dan
kemaluanku membenam sedalem-dalemnya. Spermaqu memancar deras. Ia pun
melolong panjang dan menghentakkan bokongnya ke atas menerima diriku
sedalem-dalemnya.
Kedua pahanya naik dan membelit bokongku. Ia pun
mencapai puncaknya. Kemaluanku berdenyut-denyut memuntahkan spermaqu ke
dalem rahimnya. Inilah orgasmeku yg pertama di dalem kemaluan seorang
perempuan sejak kematian isteriku. Dan ternyata perempuan itu adalah
Meywan yg cantik bahenol dan seksi.
Sekitar sepuluh menit kami
diam membatu mereguk semua detik kenikmatan itu. Lalu perlahan-lahan aqu
mengangkat tubuhku. Aqu memandangi wajahnya yg berbinar karena
birahinya sudah terpuaskan. Ia tersenyum dan membelai wajahku.
“Ardy, kamu hebat sekali, sayg”, katanya, “Sudah lebih dari setahun aqu tak merasakan lagi kejantanan lelaki seperti ini.”
“Meywan juga luar biasa”, sahutku, “Aqu sungguh puas dan bangga bisa
menikmati tubuhmu yg menawan ini. Meywan tak menyesal bersetubuh dgnku?”
“Tak”, katanya, “Aqu malah berbangga bisa menjadi perempuan pertama
sesudah kematian isterimu. Mau kan kamu memuaskan aqu lagi nanti?”
“Tentu saja mau”, kataqu, “Bodoh kalau nolak rejeki ini.” Ia tertawa.
“Kalau kamu lagi pingin, telepon saja aqu,” lanjutnya, “Tapi kalau aqu yg pingin, boleh kan aqu nelpon?”
“Tentu.. Tentu..”, balasku cepat.
“Mulai sekarang kamu bisa menyetubuhi aqu kapan saja. Tinggal kabarkan”, katanya.
Hatiku bersorak ria. Aqu mencabut kemaluanku dan rebah di sampingnya.
Kurang lebih setengah jam kami berbaring berdampingan. Ia lalu
mengajakku mandi. Lapar katanya dan pingin makan. Malam itu hingga hari
Minggu siang sungguh tak terlupakan. Kami terus berpacu dalem birahi
untuk memuaskan nafsu.
Aqu menyetubuhinya di sofa, di meja makan,
di dapur, di kamar mandi dalem berbagai posisi. Di atas, di bawah, dari
belakang. Pendek kata hari itu adalah hari penuh kenikmatan birahi.
Dapat ditebak, pertemuan pertama itu berlanjut dgn aneka pertemuan lain.
Kadang-kadang kami mencari hotel namun terbanyak di rumahnya.
Sesekali
ia mampir ke tempatku kalau anak-anak lagi mengunjungi kakek dan
neneknya. Pertemuan-pertemuan kami selalu diisi dgn permainan birahi yg
panas dan menggairahkan.
No comments:
Post a Comment