Poker Uang Asli - Dona adalah namaku, wanita 27 tahun yang dinikahi oleh mas Ajik 3
tahun yang lalu sampai sekarang aku sudah mempunyai seorang momongan.
Selain cantik aku juga memiliki tubuh yang sangat bahenol kata
teman-temnku. Aku dulu bertemu dengan mas Ajik saat bekerja di sebuah
perusahaan dan kita sekantor.
Dalam kita berpacaran, kita juga
mengikuti gaya hidup Sex bebas, kita sering melakukan hubungan Sex
bervariasi. Kadang dikantor saat lembur kerja, kadang dibioskop, kadang
ditaman, kadang juga dipantai, dan masih banyak lagi tempat yang kita
jadikan untuk melampiaskan nafsu Sex aku dan mas Ajik. Sampai akhirnya
aku hamil, dan mas Dika pun mau bertanggung jawab dengan menikahiku.
Diperusahaan
tempatku bekerja tidak boleh ada hubungan suami istri, jadi maka aku
putuskan untuk aku saja yang mengundurkan diri dari perusahaan, dan
sekarang hanya mas Ajik saja yang bekerja sedangkan aku dirumah merawat
kehamilanku.
Sampai akhirnya 8 bulan kemudian buah hatiku lahir. 2
tahun pernikahanku dengan mas Ajik bisa dibilang berjalan dengan baik,
mas Ajik selalu perhatian denganku dan sering bersikap romantis, hingga
aku makin sayang banget dengan mas Ajik. Hubungan Sex kita pun tak
pernah berbeda meski sudah mempunyai momongan, masih sama seperti kita
saat pacaran. Karena aku juga selalu rajin merawat tubuh ku, sehungga
ketika mas Ajik pulang, dia senang melihat penampilan cantikku.
Menginjak ketiga tahun pernikahanku, perusahaan mas Ajik mengalami
kebangkrutan, sehingga harus mengurangi sebagian pegawainya. Meski tak
dibeDonahukan siapa yang akan di PHK, namun aku melihat mas Ajik cukup
gelisah, karena perusahaan mengurangi cukup banyak kariawannya.
Dan
benar dugaan mas Ajik, mas Ajik menjadi salah satu kariawaan yang kena
PHK perusahaan, dan mas Ajik pun pulang dengan wajah yang kusut. Aku
yang melihat wajah kusut mas Ajik, sebagai istri yang baik, aku
memberikan semangat kepada mas Ajik untuk tak menyerah menghadapi
kenyataan. Mas Ajik pun hanya terdiam dan meninggalkanku begitu saja
tanpa kata-kata.
Sejak saat itulah sifat mas Ajik sedikit demi
sedikit mulai berubah. Dia sering pulang malam dengan alasan
mencari-cari pekerjaan. Dan semakin lama sifat mas Ajik semakin tak
karuan. Aku kehilangan mas Ajik suamiku yang dulu sangat perhatian dan
sangat romantis.
Namun aku tak menyalahkan mas Ajik, karena
keadaan yang mengharuskan. Setelah hampir sebulan mas Ajik mencari
pekerjaan, dia tak kunjung mendapatkan panggilan bekerja dan dia pun
akhirnya pasrah. Sekarang mas Ajik menjadi pengangguran dirumah, yang
membuatnya kelayapan saja setiap harinya.
Sampai pada akhirnya,
suatu malam mas Ajik pulang entah dari mana dengan wajah yang gembira,
dan membelikanku sebuah oleh-oleh berupa kalung emas. Aku pun terkaget
dengan oleh-oleh yang diberikan mas Ajik dan menanyakan dari mana mas
Ajik mendapatkan uang untuk membelikan aku kalung itu.
Namun mas
Ajik hanya tersenyum dan dia langsung membopongku kedalam kamar. Ketika
aku memasuki kamar tidur dan menemaninya di ranjang, Mas Ajik kemudian
memelukku dan menciumku. Aku tahu dia akan meminta ‘jatahnya’ malam ini.
Malam ini dia lain sekali sentuhannya lembut. Pelan-pelan Mas Ajik
mulai melepaskan daster putih yang kukenakan, setelah mencumbuiku
sebentar, Mas Ajik mulai membuka bra tipis yang kukenakan dan melepaskan
celana dalamku.
Setelah itu Mas Ajik sedikit demi sedikit mulai
menikmati jengkal demi jengkal seluruh bagian tubuh ku, tidak ada yang
terlewati. Kemudian aku membantu Mas Ajik untuk melapaskan seluruh
pakaian yang dikenakannya, sampai akhirnya aku bisa melihat penis Mas
Ajik yang sudah mulai agak menegang, tetapi belum sempurna tegangnya.
Dengan
penuh kasih sayang kuraih batang kenikmatan Mas Ajik, kumain-mainkan
sebentar dengan kedua belah tanganku, kemudian aku mulai mengulum batang
penis suamiku dengan lembutnya. Terasa di dalam mulutku, batang penis
Mas Ajik terutama kepala penisnya, mulai terasa hangat dan mengeras. Aku
menyedot batang Mas Ajik dengan semampuku, kulihat Mas Ajik begitu
bergairah, sesekali matanya terpejam menahan nikmat yang kuberikan
kepadanya.
Mas Ajik kemudian membalas, dengan meremas-remas kedua
payudaraku yang cukup menantang, 36B. Aku mulai merasakan denyut-denyut
kenikmatan mulai bergerak dari puting payudaraku dan mulai menjalar
keseluruh bagian tubuh ku lainnya, terutama ke vaginaku. Aku merasakan
liang vaginaku mulai terasa basah dan agak gatal, sehingga aku mulai
merapatkan kedua belah pahaku dan menggesek-gesekan kedua belah pahaku
dengan rapatnya, agar aku dapat mengurangi rasa gatal yang kurasakan di
belahan liang vaginaku.
Mas Ajik rupanya tanggap melihat
perubahanku, kemudian dengan lidahnya Mas Ajik mulai turun dan mulai
mengulum daging kecil clitorisku dengan nafsunya, Aku sangat kewalahan
menerima serangannya ini, badanku terasa bergetar menahan nikmat, peluh
ditubuhku mulai mengucur dengan deras diiringi erangan-erangan kecil dan
napas tertahan ketika kurasakan aku hampir tak mampu menahan kenikmatan
yang kurasakan.
Akhirnya seluruh rasa nikmat semakin memuncak,
saat penis Mas Ajik, mulai terbenam sedikit demi sedikit ke dalam
vaginaku, rasa gatal yang kurasakan sejak tadi berubah menjadi nikmat
saat penis Mas Ajik yang telah ereksi sempurna mulai bergerak-gerak maju
mundur, seakan-akan menggaruk-garuk gatal yang kurasakan.
Suamiku
memang jago dalam permainan ini. Tidak lebih dari lima belas menit aku
berteriak kecil saat aku sudah tidak mampu lagi menahan kenikmatan yang
kurasakan, tubuh ku meregang sekian detik dan akhirnya rubuh di ranjang
ketika puncak-puncak kenikamatan kuraih pada saat itu, mataku terpejam
sambil menggigit kecil bibirku saat kurasakan vaginaku mengeluarkan
denyut-denyut kenikmatannya.
Dan tidak lama kemudian Mas Ajik
mencapai puncaknya juga, dia dengan cepatnya menarik penisnya dan
beberapa detik kemudian, air maninya tersembur dengan derasnya ke arah
tubuh dan wajahku, aku membantunya dengan mengocok penisnya sampai air
maninya habis, dan kemudian aku mengulum kembali penisnya sekian lama,
sampai akhirnya perlahan-lahan mulai mengurang tegangannya dan mulai
lunglai.
“Aku benar-benar puas Rit, kamu memang hebat”, pujinya.
Aku masih bergelayut manja di dekapan tubuh nya. “Rit, kamu memang
istriku yang baik, kamu harus bisa mengerti kesulitanku saat ini, dan
aku mau kamu membantu aku untuk mengatasinya”, katanya.
“Bukankah
selama ini aku sudah begitu Mas”, sahutku. Mas Ajik mengangguk-angguk
mendengarkan ucapakanku. Kemudian ia melanjutkan, “Kamu tahu maksud
kedatangan Dika tadi sore. Dia menagih utang, dan aku hanya sanggup
membayar setengah dari keseluruhan utangku.
Kemudian setelah lama
berbicang-bincang ia menawarkan sebuah jalan keluar kepadaku untuk
melunasi hutang-hutangku dengan sebuah syarat, ucap Mas Ajik. “Apa
syaratnya, Mas?” tanyaku penasaran. “Rupanya dia menyukaimu, dia minta
izinku agar kamu bisa menemani dia semalam saja”, ucap Mas Ajik dengan
pelan dan tertahan. Aku bagai disambar petir saat itu, aku tahu arti
“menemani” selama semalam. Itu berarti aku harus melayaninya semalam di
ranjang seperti yang kulakukan pada Mas Ajik.
Mas Ajik mengerti
keterkejutanku. “Aku sudah tidak tahu lagi dengan apalagi aku harus
membayar hutang-hutangku, dia sudah mengancam akan menagih lewat
tukang-tukang pukulnya jika aku tidak bisa membayarnya sampai akhir
pekan ini”, katanya lirih. Aku hanya terdiam tak mampu mengomentari
perkataannya itu. Aku masih shock memikirkan aku harus rela memberikan
seluruh tubuh ku kepada lelaki yang belum kukenal selama ini.
Sikap
diamku ini diartikan lain oleh Mas Ajik. “Besok kamu ikut aku menemui
Bondan”, ujarnya lagi, sambil mencium keningku lalu berangkat tidur.
Seketika itu juga aku membenci suamiku. Aku enggan mengikuti keinginan
suamiku ini, namun aku juga harus memikirkan keselatan keluarga,
terutama keselamatan suamiku. Mungkin setelah ini ia akan kapok berjudi
lagi pikirku.
Sore hari setelah pulang kerja, Mas Ajik menyuruhku
berhias diri dan setelah itu kami berangkat menuju tempat yang
dijanjikan sebelumnya, rupanya Mas Ajik mengantarku ke sebuah hotel
berbintang. Ketika itu waktu sudah menunjukkan sekitar pukul delapan
malam. Selama hidup baru pertama kali ini, aku pergi untuk menginap di
hotel. Ketika pintu kamar di ketuk oleh Mas Ajik, beberapa saat kemudian
pintu kamar terbuka, dan kulihat Dika menyambut kami dengan hangatnya,
Suamiku tidak berlama-lama, kemudian ia menyerahkan diriku kepada Dika,
dan kemudian berpamitan.
Dengan lembut Dika menarik tanganku
memasuki ruangan kamarnya. Aku tertunduk malu dan wajahku terasa memerah
saat aku merasakan tanganku dijamah oleh seseorang yang bukan suamiku.
Ternyata Dika tidak seburuk yang kubayangkan, memang matanya terkesan
Extream dan seakan mau melahap seluruh tubuh ku, tetapi sikapnya dan
perlakuannya kepadaku tetap tenang, sehingga dikit demi sedikit rasa
grogi yang menyerangku mulai memudar.
Dika menanyakan dengan
lembut, aku ingin minum apa. Kusahut aku ingin minum coca-cola, tetapi
jawabnya minuman itu tidak ada sekarang ini di kamarnya, kemudian dia
mengeluarkan sebotol sampagne dari kulkas dan menuangkannya sedikit
sekitar setengah sloki, kemudian disuguhkannya kepadaku, “Ini bisa
menghilangkan sedikit rasa gugup yang kamu rasakan sekarang ini, dan
bisa juga membuat tubuh mu sedikit hangat.
Kulihat dari tadi
kelihatannya kamu agak kedinginan”, ucapnya lagi sambil menyodorkan
minuman tersebut. Kuraih minuman tersebut, dan mulai kuminum secara
dikit demi sedikit sampai habis, memang benar beberapa saat kemudian aku
merasakan tubuh dan pikiranku agak tenang, rasa gorgi sudah mulai
menghilang, dan aku juga merasakan ada aliran hangat yang mengaliri
seluruh syaraf-syaraf tubuh ku. Dika kemudian menyetel lagu-lagu lembut
di kamarnya, dan mengajakku berbincang-bincang hal-hal yang ringan.
Sekitar 10 menit kami berbicara, aku mulai merasakan agak pening di
kepalaku, tubuh kupun limbung.
Kemudian Dika merebahkan tubuhku ke
ranjang. Beberapa menit aku rebahan di atas ranjang membuatku mulai
bisa menghilangkan rasa pening di kepalaku. Tetapi aku mulai merasakan
ada perasaan lain yang mengalir pada diriku, ada perasaan denyut-denyut
kecil di seluruh tubuhku, semakin lama denyut-denyut tersebut mulai
terasa menguat, terutama di bagian-bagian sensitifku.
Aku
merasakan tubuh ku mulai terangsang, meskipun Dika belum menjamah tubuh
ku. Ketika aku mulai tak kuasa lagi menahan rangsangan di tubuh ku,
napasku mulai memburu terengah-engah, payudaraku seakan-akan mengeras
dan benar-benar peka, vaginaku mulai terasa basah dan gatal yang
menyengat, perlahan-lahan aku mulai menggesek-gesekkan kedua belah
pahaku untuk mengurangi rasa gatal dan merangsang di dalam vaginaku.
Tubuhku mulai menggeliat-geliat tak tahan merasakan rangsangan seluruh
tubuhku.
Dika rupanya menikmati tontonan ini, dia memandangi
kecantikan wajahku yang kini sedang terengah-engah bertarung melawan
rangsangan, nafsunya mulai memanas, tangannya mulai meraba tubuh ku
tanpa bisa kuhalangi lagi. Remasan-remasan tangannya di payudaraku
membuatku tidak tahan lagi, sampai tak sadar aku melorotkan sendiri
pakaian yang kukenakan. Saat pakaian yang kukenakan lepas, Mata Dika tak
lepas memandangi belahan payudaraku yang putih montok dan yang
menyembul dan seakan ingin loncat keluar dari bra yang kukenakan.
Tak
tahan melihat pemandangan indah ini, Dika kemudian menggumuliku dengan
panasnya sembari tangannya mengarah ke belakang punggungku, tidak lebih
dari 3 detik, kancing bra-ku telah lepas, kini payudaraku yang kencang
dan padat telah membentang dengan indahnya, Dika tak mau berlama-lama
memandangiku, dengan buasnya lagi ia mencumbuiku, menggumuliku, dan
tangannya semakin cepat meremas-remas payudaraku, cairan vaginaku mulai
membasahi celana putihku.
Melihat ini, tangan Dika yang sebelahnya
lagi mulai bermain-main di celanaku tepat di cairan yang membasahi
celanaku, aku merasakan nikmat yang benar-benar luar biasa.
Napasku
benar-benar memburu, mataku terpejam nikmat saat tangan Dika mulai
memasuki celana dalamku dan memainkan daging kecil yang tersembunyi di
kedua belahan rapatnya vaginaku.
Dika memainkan vaginaku dengan
ahlinya, membuatku terpaksa merapatkan kedua belah pahaku untuk agak
menetralisir serangan-serangannya, jari-jarinya yang nakal mulai
menerobos masuk ke liang tubuh ku dan mulai memutar-mutar jarinya di
dalam vaginaku. Tak puas karena celana dalamku agak mengganggu, dengan
cepatnya sekali gerakan dia melepaskan celana dalamku. Aku kini
benar-benar bugil tanpa tersisa pakaian di tubuh ku.
Dika tertegun
sejenak memandangi pesona tubuh ku, yang masih bergeliat-geliat melawan
rangsangan yang mungkin diakibatkan obat perangsang yang disuguhkan di
dalam minumanku. Dengan cepatnya selagi aku masih merangsang sendiri
payudaraku, Dika melepaskan dengan cepat seluruh pakaian yang dikenakan
sampai akhirnya bugil pula.
Aku semakin bernafsu melihat batang
penis Dika telah berdiri tegak dengan kerasnya, Besar dan panjang.
Dengan cepat Dika kembali menggumuliku dengan benar-benar sama-sama
dalam puncak terangsang, aku merasakan payudaraku diserang dengan
remasan-remasan panas, dan.., ahh..,
akupun merasakan batang penis
Dika dengan cepatnya menyeruak menembus liang vaginaku dan menyentuh
titik-titik kenikmatan yang ada di dalam liang vaginaku, aku
menjerit-jerit tertahan dan membalas serangan penisnya dengan
menjepitkan kedua belah kakiku ke arah punggungnya sehingga penisnya
bisa menerobos secara maksimal ke dalam vaginaku.
Kami bercumbu
dengan panasnya, bergumul, setiap kali penis Dika mulai bergerak masuk
menerobos masuk ataupun saat menarik ke arah luar, aku menjepitkan
otot-otot vaginaku seperti hendak menahan pipis, saat itu aku merasakan
nikmat yang kurasakan berlipat-lipat kali nikmatnya, begitu juga dengan
Dika, dia mulai keteteran menahan kenikmatan tak bisa dihindarinya.
Sampai
pada satu titik saya sudah terlihat akan orgasme, Dika tidak
menyia-nyiakan kesempatan itu, dengan hentakan2 penisnya yang
dipercerpat.. akhirnya kekuatan pertahananku ambrol.. saya orgasme
berulang-ulang dalam waktu sepuluh detik..
Dika rupanya juga sudah
tidak mampu menahan lagi serangannya dia hanya diam sejenak untuk
merasakan kenikmatan dipuncak-puncak orgasmenya dan beberapa detik
kemudian mencabut batang penisnya dan tersemburlan muncratan-muncratan
spermanya dengan banyaknya membanjiri wajah dan sebagian berlelehan di
belahan payudaraku.
Kamipun akhirnya tidur kelelahan setelah
bergumul dalam panasnya birahi. Keesokan paginya, Dika mengantarku
pulang ke rumah. Kulihat suamiku menerimaku dengan muka tertuduk dan
berbicara sebentar sementara aku masuk ke kamar anakku untuk melihatnya
setelah seharian tidak kuurus.
Setelah kejadian itu, aku dan
suamiku sempat tidak berbicara satu sama-lain, sampai akhirnya aku luluh
juga saat suamiku minta maaf atas kelakuannya yang menyebabkan masalah
ini sampai terjadi, tetapi hal itu tidak berlangsung lama, suamiku
kembali terjebak dalam permainan judi. Sehingga secara tidak langsung
akulah yang menjadi taruhan di meja judi. Jika menang suamiku akan
memberikan oleh-oleh yang banyak kepada kami.
Tetapi jika kalah
aku harus rela melayani teman-teman suamiku yang menang judi. Sampai
saat ini kejadian ini tetap masih berulang.
No comments:
Post a Comment