Poker Uang Asli – Ma.. Pa.. Niko berangkat dulu” Kata Niko pamit mencium
tangan ke dua orang tuanya. “Iya.. hati-hati yah sayang..” kata ibunya.
“Maaf yah sayang, papa gak bisa antar” kata papanya karena papanya juga
akan berangkat kerja tidak lama lagi. “Gak apa kok.. daaaah..” kata
Niko dengan sedikit berlari meninggalkan rumahnya menuju sekolah.
Namanya
Niko, umur 14 tahun dan masih duduk di kelas 2 smp. Tampang Niko
biasa-biasa saja bahkan dapat dikatakan culun dan cupu. Pengetahuannya
akan seks juga sangat minim sampai akhirnya teman-temannya mulai
memperkenalkannya vcd dan situs-situs porno hingga akhirnya dia mulai
tertarik dan membuatnya kecanduan melihat sosok wanita telanjang.
Keluarganya dapat dikatakan cukup mampu, rumah mereka cukup bagus
meskipun tidak terlalu mewah. Papanya seorang pegawai swasta memiliki
penghasilan lebih dari cukup untuk membiayai kehidupan keluarganya.
Ibunya
Niko, Anisa, berusia 33 tahun, telah melahirkan dua orang anak. Niko
dan satu lagi si kecil Windy yang masih bayi dan masih menyusu. Usianya
cukup muda meskipun telah memiliki dua orang anak, itu karena Anisa
menikah dengan suaminya Panji, papanya Niko, saat masih berumur 19
tahun. Anisa sendiri memiliki wajah yang cantik dan tubuh yang masih
bagus. Keseharian Anisa dihabiskan untuk mengurus rumah dan keluarganya.
Tapi siapa sangka, dia merupakan seorang wanita yang memiliki hasrat
seksual yang cukup tinggi. Bahkan dia memiliki sifat eksibisionis yang
dimilikinya sejak masih abg dulu.
Tentu saja sekarang dia tidak
bisa bebas lagi melakukan hal tersebut karena sudah berumah tangga. Tapi
sesekali kalau ada kesempatan, nalurinya beraksi kembali. Kadang dia
sengaja mengenakan pakaian yang sekedarnya saat menerima tamu laki-laki
saat suaminya tidak ada di rumah, membuat tamu itu menjadi mupeng
melihat kulit Anisa yang putih mulus tersaji di depan mata mereka. Atau
pernah juga dia menggoda teman-teman Niko yang masih abg labil itu
dengan sengaja menyusui Windy di depan mereka, memperlihatkan buah
dadanya yang sekal dengan urat-urat hijau yang tampak membayang.
Kalau sedang dirumah memang Anisa hanya mengenakan pakaian yang
seadanya saja, termasuk dihadapan anaknya Niko. Awalnya Niko tentu saja
tidak mempunyai pikiran macam-macam ke ibu kandungnya sendiri. Tapi
karena pergaulan dengan teman-teman yang salah, otaknya mulai diracuni
hal-hal mesum. Terlebih Niko juga semakin dewasa dan naluri kelakiannya
sudah mulai muncul. Sehingga kini bila melihat paha ibunya, ataupun buah
dada ibunya saat menyusui adiknya, darahnya mulai berdesir dan
kemaluannya juga merespon.
Suatu hari Anisa kedapatan memergoki
Niko yang sedang nonton bokep di laptopnya. Agak kesal juga sebenarnya
Anisa melihat kelakuan anaknya. Diberi fasilitas laptop dan internet
ternyata malah digunakan seperti itu. Tapi dia paham kalau anaknya juga
lelaki normal yang juga punya rasa penasaran dengan tubuh lawan jenis.
Karena itu dia tidak terlalu memarahi anaknya, hanya sekedar menasehati
saja.
“Mama gak marah kan?” tanya Niko lesu karena masih takut dimarahi, apalagi kalau sampai diaduin ke papanya.
“Hmm.. gak, tapi jangan keseringan yah.. gak baik” ujar Anisa.
“Jangan kasih tau papa juga yah ma?” pinta Niko lagi.
“Hihi.. kenapa emang? Takut yah.. iya deh mama bakal diam”
“Ya udah, lanjutin deh sana kalau mau lanjut.. mama mau ke mini market dulu..” sambungnya lagi.
“Hihi..
sepertinya kamu udah besar yah sekarang?” Goda Anisa lagi mengedipkan
salah satu matanya sambil beranjak dari kamar Niko. Tentu saja hal itu
membuat Niko jadi salah tingkah karena malu.
Sejak saat itu Niko
merasa malu bila berjumpa mamanya, terlebih kalau dirinya kedapatan
mencuri pandang ke arah mamanya. Anisa hanya tersenyum dan tertawa
renyah saja mendapati kelakuan anak sulungnya ini. Pernah saat itu Niko
pulang sekolah dan menemukan ibunya membukakan pintu hanya mengenakan
handuk, tampak butiran air masih menempel di kulitnya yang masih lembab.
Saat itu Anisa sedang mandi dan acara mandinya terganggu karena Niko
pulang. Niko tentu saja terpana melihat sosok indah di depannya ini.
Anisa yang sadar diperhatikan Niko memergoki anaknya yang melongo
memandang kearahnya.
“Ayo kamu liatin apaan? Masa sama mama sendiri nafsu sih? Hihi..” goda Anisa.
“Eh, ng-nggak kok ma..” jawab Niko tergagap karena mati kutu ketahuan melototi mamanya.
“Beneran gak nafsu?” entah kenapa Anisa malah tertarik menggoda anaknya sendiri.
“Ng-nggak mah.. maaf mah..”
“Hihi.. gak usah grogi gitu ah kamunya.. ya udah.. masuk sana, ganti baju” suruh Anisa.
“Kalau
kamu mau mandi, sekalian aja mandi sama mama.. mama juga belum selesai
mandinya” entah darimana lagi ide gila Anisa itu berasal. Mengajak
anaknya yang sedang mupeng itu mandi bersama. Niko yang mendengar ajakan
mamanya makin salah tingkah saja, dia tidak tahu harus menjawab apa,
walaupun dia sebenarnya mau.
“Kenapa? Gak mau? Ya udah terserah
kamu deh.. mama lanjutin mandi dulu. Hmm.. ntar kalau kamu berubah
pikiran datang aja.. hihi” kata Anisa menuju kamar mandi meninggalkan
Niko yang masih melongo disana. Tampak hidungnya Niko mengeluarkan darah
karena mimisan.
Setelah mengganti pakaiannya, Niko sempat ragu
menerima ajakan mamanya tadi. Apa mamanya serius tentang hal itu?
Pikirnya. Tapi dia yang memang penasaran akhirnya menuju kamar mandi
yang mana mamanya masih berada di sana.
“tok-tok” suara ketukan
pintu kamar mandi oleh Niko. Tidak lama kemudian pintu kamar mandipun
terbuka, kepala mamanya muncul dari balik pintu, menutupi tubuh
telanjangnya.
“Hihi.. beneran datang yah kamu akhirnya.. padahal mama cuma bercanda aja” kata Anisa pura-pura.
“Oh.. bercanda aja yah ma.. ya udah deh..” kata Niko dengan wajah kecewa.
“Eh
eh, jangan ngambek gitu dong.. gak apa kok kalau kamu emang mau
barengan.. sini masuk” ajak Anisa lagi. Niko dengan agak ragu akhirnya
mau juga melangkah masuk. Dadanya berdebar bukan main ketika melangkah
masuk ke kamar mandi. Dia mendapati mamanya telanjang bulat, dengan
tubuh berlumuran busa sabun. Tampak busa sabun itu menggumpal menutupi
daerah selangkangannya, memberi kesan seksi dan erotis. Kepala Niko
terasa berat menyaksikan itu semua, hidungnya serasa mau berdarah lagi,
sungguh membuatnya tidak tahan. Penis di dalam celananya berontak bukan
main ingin bebas.
“Ye.. cepetan buka bajunya.. katanya mau ikutan
mandi.. buruan telanjang” suruh Anisa pura-pura tidak tahu kalau anaknya
sedang mupeng berat ke dirinya. Niko yang tersadar dari lamunannya jadi
salah tingkah lagi, dia bahkan seperti kesusahan membuka pakaiannya
sendiri, membuat Anisa jadi tertawa geli melihatnya. Terakhir kali Niko
mandi bareng dengan mamanya waktu dia kelas 4 sd sebelum Niko disunat,
Niko masih ingat betul bagaimana lekuk tubuh telanjang mamanya waktu
itu. Tapi dulu dia tidak punya nafsu sama sekali melihat tubuh mamanya,
berbeda sekali dengan sekarang.
Anisa tersenyum melihat penis
anaknya yang sudah menegang maksimal walaupun ukurannya terbilang
sedang. Sedangkan Niko merasa begitu malunya telanjang dengan penis
tegang mengacung di depan mamanya yang juga telanjang bulat ini. Dia
berusaha menutup-nutupi kemaluannya dengan tangannya.
“Gak usah
ditutup-tutupi segala sayang, kan mama sendiri.. lagian mama juga udah
pernah lihat” goda Anisa. Memang Anisa sudah pernah melihatnya, tapi itu
beberapa tahun yang lalu. Sekarang sungguh berbeda, usia Niko sudah
jauh bertambah dan tanda-tanda kelakiannya sudah muncul. Niko dengan
masih malu-malu akhirnya membuka juga tangannya.
Mereka akhirnya
mandi bersama, Anisa berusaha untuk tidak terlalu memperdulikan Niko
yang mupeng berat agar Niko tidak tambah malu. Busa sabun yang tadi
menutupi selangkangan Anisa kini sudah terbilas bersih dengan air,
sehingga kini Niko bisa melihat vagina beserta bulu kemaluan milik
mamanya lagi yang sudah lama tidak dilihatnya. Anisa juga membantu Niko
menyabuni punggung Niko dan membasuh rambut Niko dengan busa sampo
selayaknya ibu yang perhatian pada anaknya. Selama acara mandi tersebut
penis Niko selalu ngaceng, tentu saja karena terangsang karena keadaan
ini.
Akhirnya acara mandi itu selesai juga, mamanya keluar dari
kamar mandi terlebih dahulu. Tapi sebelum keluar mamanya mengatakan
sesuatu yang membuat Niko jadi terkejut dan malu.
“Kamu pasti udah
gak tahan kan? kamu keluarin deh.. tapi jangan lupa dibersihin.. hihi..
mama ke kamar dulu yah” bisik Anisa menggoda kemudian keluar dari kamar
mandi. Sungguh malu Niko karena mamanya mengetahui bebannya itu.
Setelah mamanya keluar dan menutup kamar mandi, Niko beronani
menuntaskan nafsunya yang sudah sedari tadi diubun-ubun. Tentu saja yang
menjadi objek onaninya kali ini adalah mamanya.
Setelah saat itu,
Anisa semakin berani saja menggoda anaknya Niko. Dia bahkan pernah
hanya mengenakan kemeja dan celana dalam saja ketika hanya berduaan
dengan anaknya di rumah. Saat Anisa menyusui bayinya, dia tidak berusaha
menutup-nutupi padangan Niko ke arah buah dadanya, bahkan membuka kedua
payudaranya sekaligus. Intensitas onani Niko semakin bertambah
karenanya, tentu saja selalu mamanya yang menjadi objeknya. Pernah saat
mandi bersama dengan Niko lagi, dia bahkan berada disana menyaksikan
anaknya onani di depannya.
“Gak apa nih ma? Niko malu nih..”
“Iya
gak apa, mama tahu kok kalau kamu sering bayangin mama. Kali ini mama
kasih bonus deh.. mama bakal temanin kamu, gak perlu cuma ngayal lagi
kamunya..” kata Anisa menggoda Niko. Darah Niko berdesir mendengarnya,
walaupun malu dia sebenarnya senang bukan main mamanya mau menemaninya,
bersedia membantunya onani dengan memandangi tubuh telanjang Anisa
langsung. Niko akhirnya mulai beronani, dia mengocok penisnya sendiri.
Sungguh berbeda sekali rasanya dengan hanya bisa membayangi, karena kini
mamanya berada di depannya langsung. Bersedia tanpa paksaan menyerahkan
tubuh telanjangnya menjadi objek onani anaknya.
Anisa hanya
tersenyum saja selama anaknya beronani tersebut, membuat Niko makin
belingsatan. Tidak butuh waktu lama bagi Niko untuk keluar. Itu karena
sensasi yang dia alami kali ini jauh lebih luar biasa dari pada hanya
dapat membayangi mamanya saja. Mamanya tertawa renyah melihat anaknya
ejakulasi begitu cepatnya. Tapi dia dapat memaklumi karena anaknya
memang masih hijau dalam urusan begini.
“Udah keluar yah sayang? Enak kan? enakan mana dari pada ngebayangin doang?” goda Anisa.
“Enakan ini mah..” jawab Niko malu.
“Hihi.. kalau kamu mau boleh kok kapan-kapan minta mama bantuin kamu
lagi” kata Anisa tersenyum sambil mengedipkan mata kirinya ke Niko. Niko
senang bukan main mendengar tawaran mamanya tersebut.
“Eh.. tapi ngomong-ngomong tadi kamu keluarnya cepat amat”
“Gak tau nih ma.. keenakan sampai gak tahan Niko” jawab Niko malu.
“Hihihi.. iya.. mama maklum kok. Udah sana keringkan badan kamu. Mama
masih mau lanjutin mandi, ini biar mama yang bersihin” kata Anisa
menyiram genangan sperma Niko.
Sebenarnya Anisa menyuruh Niko
keluar karena dia juga merasa horni, dia ingin sedikit bersenang-senang
dengan melakukan masturbasi dahulu sebelum menyelesaikan acara mandinya.
Setelah Niko keluar dan pintu tertutup. Anisa berbaring di atas lantai
kamar mandi berlapis marmer yang dingin, meskipun lantai itu terkesan
kotor tapi dia tidak peduli lagi. Aksinya terhadap Niko tadi betul-betul
sudah membakar birahinya, dia ingin segera menuntaskan nafsunya. Dia
mainkan vaginanya sendiri menggunakan jarinya, mengusap-ngusap
klirotisnya sendiri. Tapi entah kenapa dia malah memikirkan Niko,
mungkin karena aksi nakalnya tadi yang cukup berani.
“Ohh.. Niko..
kamu nakal sayang, onani di depan mama.. nggmmhh..” racau Anisa
berbicara sendiri sambil mengusap-ngusap klirotisnya.
“Kamu nakal
Niko.. mesum ke mama kamu sendiri.. oughh.. kamu mau ngentotin mama kamu
sendiri? Nih.. boleh.. masukin gih..” racaunya lagi. Dia masukkan
jarinya sendiri ke dalam vaginanya setelah mengatakan hal itu. Dia
aduk-aduk vaginanya sendiri menggunakan jarinya sambil terus meracau
sendiri.
“Iyaah.. terus sayang.. entotin mama sayang.. yang
kencaaang.. ougghh” Dia terus memainkan jarinya di vaginanya sendiri
selama beberapa saat serta memilin-milin putingnya hingga air susunya
merembes keluar.
“mama mau sampai sayang.. kita keluar barengan..
terus sayang.. iya.. teruuusss.. mama sampaaaaaiiiiiiii..
aaaaahhhhhhhh…” lenguh Anisa cukup kuat saat dia klimaks, dia tidak
peduli kalau lenguhannya itu bisa terdengar oleh Niko. Anisa baru
tersadar apa yang baru saja dia katakan saat masturbasi tadi, membayangi
kalau dia bersetubuh dengan Niko anaknya. Dia sendiri bingung kenapa
sampai membayangi hal tersebut, tapi dia tidak memungkiri sensasi nikmat
berbeda yang baru saja dia alami. Apakah itu nikmatnya sensasi incest?
Pikirnya.
Setelah saat itu Niko beberapa kali mengajak Anisa mandi
bersama, tentu saja selalu disertai dengan onani di depan mamanya. Dia
yang awalnya malu-malu, sekarang tidak segan lagi untuk mengajak dan
meminta bantuan mamanya. Tidak jarang juga Anisa melanjutkan masturbasi
sendiri setelah itu, baik di kamar mandi maupun di kamar. Seiring waktu
berlalu, Anisa mulai menggunakan tangannya membantu Niko onani. Mengocok
penis anaknya dengan tangannya sendiri, sebuah kemajuan yang luar biasa
dan cukup gila yang dilakukan oleh mereka. Anisa juga mempersilahkan
anaknya untuk ngomong kotor padanya.
“Gak apa mah? gak usah deh ma.. gak sopan rasanya” kata Niko berusaha menolak walaupun dia sebenarnya mau.
“Hihi… Gak apa kali sayang.. kan pasti lebih enak, gak perlu
ditahan-tahan lagi kalau kamu mau ngomong yang jorok-jorok ke mama..
keluarin aja dari mulut kamu apa yang kamu pikirin” kata Anisa tersenyum
manis sambil meneruskan mengurut penis anaknya.
“Oughh.. enak
mah.. terus..” racau Niko. Sepertinya Niko masih berusaha menahan
mulutnya untuk tidak berkata-kata kotor. Anisa putuskan untuk memancing
anaknya dahulu.
“Sayang.. menurut kamu mama cantik nggak?”
“Cantik mah.. cantik banget..”
“Seksi nggak sayang?”
“iya mah..”
“Berarti kamu nafsu dong liat mama?”
“Iya
mah.. Niko nafsu liat mama.. mama cantik banget, seksi, menggoda..”
Anisa tersenyum mendengar jawaban Niko, sepertinya caranya cukup
berhasil.
“Hihi, kamu nakal yah.. Apanya mama yang bikin kamu nafsu sayang?” goda Anisa lagi sambil tetap mengocok penis Niko.
“Semuanya
mah.. wajah mama, susu mama, paha mama, memek mama.. kontol Niko
ngaceng terus kalau liat mama” kata Niko mulai berani ngomong jorok.
“Hihi.. mesum kamunya.. udah pandai yah ngomong jorok ke mama.. terusin sayang.. ngomong aja..”
“Niko pengen ngentotin mama.. oughh.. ngulum tetek mama yang penuh susu sampai puas”
“terus sayang? apa lagi? puas-puasin aja ngomong joroknya ke mama”
“Niko
pengen genjotin memek mama pake kontol Niko terus terusan.. siramin
peju Niko ke memek mama tempat Niko lahir dulu sampai mama hamil anak
Niko” Anisa tertawa renyah mendengar ucapan anaknya ini, ternyata
bisa-bisanya anaknya berfantasi seperti itu ke mamanya.
“Ngghh.. mau keluar mah.. gak tahan lagi..” lenguh Niko.
“Keluarin aja sayang.. gak usah ditahan”
“Aaah….
Anisaaaaa” teriak Niko menyebut nama mamanya. Anisa menutup kepala
penis Niko dalam genggaman tangannya, sehingga akan membuat sperma Niko
tertampung di tangannya.
Beberapa detik kemudian muncratlah sperma
Niko dengan banyaknya ke tangan Anisa. Melumuri tangan mamanya dengan
spermanya sendiri. Niko merasa sangat puas sekali, semakin hari onani
yang dia rasakan semakin nikmat saja.
“Hihi.. banyak nih sperma kamu” kata Anisa menunjukkan tangannya yang berlumuran sperma anaknya.
“Enak yah sayang? Puas kan?”
“Eh,
tapi kayaknya kamu masih cepat aja keluarnya.. sepertinya perlu mama
kasih latihan nih” kata Anisa sambil membersihkan tangannya.
“Latihan gimana mah?” tanya Niko yang tidak paham maksud mamanya.
“Latihan
biar kamu bisa tahan lebih lama.. kan malu ntar kamu sama pacar kamu
kalau kamu kecepetan keluarnya” jelas Anisa. Sebuah ide yang gila yang
entah dari mana datangnya tapi dia coba menjelaskannya dengan alasan
yang masuk akal.
“Oo.. emang gimana caranya mah?”
“Hmm.. kamu
biar mama bantuin onani, ntar kita hitung berapa waktunya sampai kamu
keluar. Kita lihat perkembangan kamu tiap onani” kata Anisa menjelaskan
layaknya seorang trainer, dan benar kalau dia mulai saat itu menjadi
seorang trainer sex bagi anaknya Niko.
Anisa mulai membantu
melatih ketahanan Niko dengan tetap menggunakan tangannya, bagaimanapun
dia tidak mau untuk melakukan hal lebih dari ini. Anisa sendiri tidak
begitu yakin benar atau tidak cara ini ampuh bagi Niko. Tapi sedikit
demi sedikit Niko mulai lebih lama jebol pertahanannya.
Mereka
melakukan itu siang atau sore hari saat papanya Niko sedang berkerja,
rata-rata mereka melakukannya 1 sampai 2 hari sekali. Meski pernah juga
dalam sehari Niko sampai 2 kali berlatih hal tersebut. Untuk memberi
Niko semangat, mamanya kadang memberinya hadiah kalau Niko bisa mencapai
waktu yang ditentukan Anisa. Bisa berupa ciuman, pelukan, dan uang
jajan tapi Anisa tidak mau memberinya lebih dari itu seperti
hadiah-hadiah erotis.
Sampai saat ini mereka masih menjaga agar
hal ini tidak ketahuan oleh papanya Niko. Pernah hari itu Niko yang
tidak tahan minta dionanikan oleh mamanya, padahal papanya berada di
rumah saat itu. Mereka melakukannya diam-diam di dalam kamar mandi saat
papanya sedang menonton tv. Niko yang masuk duluan dengan dalih akan
mandi, kemudian dengan diam-diam mamanya juga masuk tidak lama kemudian.
“Gila kamu.. entar ketahuan papa bisa dihajar kamu”
“Maaf deh ma..”
“Hihi.. kayaknya makin hari kamu makin lancang aja yah.. tapi gak papa deh.. mama suka kalau kamu terus terang gini”
Merekapun
akhirnya melakukan hal itu lagi di sela-sela mandinya Niko, tapi Anisa
masih tetap mengenakan pakaiannya. Tentu saja mereka tidak bisa bebas
bicara mendesah seperti biasanya karena ada papanya di rumah.
“Ayo sayang.. keluarin yang banyak” kata Anisa berbisik sepelan mungkin.
“Ngghh..
mah..” lenguh Niko tertahan. Sperma Niko tumpah lagi di tangan mamanya.
Tapi apa yang dilihatnya kemudian membuat darahnya berdesir, mamanya
menjilati sedikit lelehan spermanya.
“Ueekk.. asin yah ternyata
peju kamu..” kata Anisa berbisik sambil tersenyum menggoda. Niko cuma
merespon ucapan mamanya dengan tersenyum karena tidak tahu harus ngomong
apa. Setelah itu mamanya keluar dari kamar mandi setelah membersihkan
tangannya, meninggalkan Niko yang masih meneruskan mandinya.
Hari
itu Niko melakukan hal itu lagi dengan Anisa. Tapi lagi-lagi dia tidak
dapat bertahan lama hanya dengan kocokan tangan mamanya. Spermanya
kembali tumpah hanya dalam tiga menit lebih sedikit.
“Udah keluar
sayang?” tanya Anisa melihat ke arah mata anaknya yang sedang meringis
kenikmatan sehabis ejakulasi. Dia sadar anaknya sedikit demi sedikit
mulai menunjukkan perkembangan, yang dulunya hanya tidak mampu lebih
dari satu menit kini sudah lebih baik.
“Masih belum bisa lama nih
ma..” kata Niko, terlihat wajah lesu di raut mukanya. Dia masih belum
bisa untuk mencatatkan rekor waktu yang lebih lama lagi.
“Udah
lebih bagus kok.. setidaknya ada perkembangan, mama yakin kok kamu bisa
lebih baik besok..” Kata Anisa sambil mengedipkan matanya. Dia ingin
anaknya mendapatkan pengalaman seks yang cukup nantinya dan tidak ingin
membuat anaknya mendapatkan malu dari pacarnya karena ejakulasi yang
cepat.
“Gimana kalau kamu ajak temanmu kemari, ikut latihan
denganmu” sebuah usul yang terdengar gila meluncur dari mulut Anisa.
Niko sendiri terkejut mendengar usul ibunya tersebut. Mengajak temannya
kemari? Untuk ikutan merasakan kenikmatan dari tangan ibunya? sungguh
gila ide mamanya.
“Kok harus mengajak orang lain segala sih ma?” tanya Niko mencoba mengetahui apa yang sebenarnya mamanya pikirkan.
“Gini
sayang.. mama pikir kamu akan lebih semangat kalau kamu ada lawannya.
Jadi ntar kamu lomba deh sama temanmu siapa yang paling lama, ntar yang
menang dapat hadiah deh dari mama” jawab Anisa. Sebuah alasan yang Niko
pikir ada benarnya juga omongannya, pasti dengan suasana seperti itu
membuatnya lebih semangat dan tidak ingin cepat cepat keluar, pikir
Niko.
“Oke deh ma.” Kata Niko menyetujui. Niko sebenarnya sedikit
ragu untuk mengajak temannya. Dia juga tidak tahu siapa yang akan dia
ajak. Beberapa temannya memang ada yang menyukai mamanya Niko. Hal itu
Niko ketahui saat mengajak temannya main ke rumah. Teman-temannya yang
abg labil seperti halnya Niko tentu saja tidak bisa lepas melihat wanita
cantik, termasuk Anisa, mamanya Niko. Mereka berkomentar betapa cantik
dan seksi mamanya. Niko yang mendengar hal tersebut awalnya tidak suka,
tapi setelah dia perhatikan ternyata omongan temannya ada benarnya juga.
Walaupun
Anisa sudah berumur 33 tahun dan sudah melahirkan 2 orang anak, bahkan
yang paling kecil sedang tahap menyusui, tapi tubuh Anisa masih terawat
dengan baik karena dia rajin olahraga untuk mengembalikan bentuk
tubuhnya setelah melahirkan. Dengan kulit putih mulus dan bentuk tubuh
yang bagus serta wajahnya yang manis menjadi daya tariknya. Suami-suami
tetanggapun banyak yang melirik-lirik ke Anisa saat Anisa belanja ke
warung ataupun melakukan aktifitas di luar rumah.
Sungguh
anak-anak remaja sekarang mudah sekali mendapat akses porno dari
internet, hal itulah yang membuat mereka begitu labilnya kalau melihat
wanita cantik. Niko yang sebenarnya polos, mulai ikut-ikutan temannya.
Diantara teman-temannya yang rata-rata berpikiran mesum ini ada yang
paling parah, Jaka namanya. Jaka sendiri dianggap bos oleh rombongan
geng yang Niko ikut-ikutan ini. Itu karena usia Jaka yang sudah 17 tahun
yang memang selayaknya sudah sma. Niko sering dimintai uang rokok oleh
Jaka, walaupun berat hati tapi terpaksa juga diberi oleh Niko.
Beberapa
hari kemudian di sekolah, entah kenapa Niko malah ingin mengajak Jaka
ke rumah. Ya.. sebaga rival latihannya bersama mamanya tentunya. Niko
sendiri yang menerangkan panjang lebar ke Jaka tentang maksud tujuannya.
Mendengar penjelasan Niko ini, tentu saja Jaka semangat bukan main dan
menyetujuinya. Sudah lama dia tertarik pada mamanya Niko. Walaupun Anisa
bukan gadis abg tapi sungguh menggoda dan nafsuin seperti artis milf
Jav yang sering dia tonton. Akhirnya setelah pulang sekolah Niko
mengajak Jaka ke rumahnya.
“Ma.. Niko pulang mah.. Niko ajak teman
nih..” kata Niko masuk ke rumah yang tidak terkunci dan mempersilahkan
Jaka duduk di sofa tamu.
“Mah, ni Jaka.. yang dulu juga pernah
main kesini” kata Niko pada Anisa. Tidak lama kemudian Anisa muncul yang
sepertinya habis menidurkan bayinya di kamar. Dia mengenakan daster
rumahan biasa, meskipun begitu dia tetap saja terlihat cantik.
“Oh..
Jaka” Anisa tersenyum manis sambil menerima salaman tangan teman
anaknya itu. Jaka mencium punggung tangan Anisa. Mata Jaka tentu saja
sudah mulai kelayapan kesana kemari menerawang ke tubuh wanita ini.
Anisa sebenarnya sadar mata anak itu kelayapan melihat tubuhnya, tapi
entah kenapa dia merasa horni diperhatikan seperti itu. Sepertinya sifat
eksibisionisnya muncul kembali. Sifat nakalnya yang pertama dia alami
saat dia masih gadis dahulu yang sampai sekarang masih tetap ada. Ya..
dia memang senang kalau dirinya menjadi pusat perhatian kaum Adam. Tidak
terkecuali oleh teman-teman anaknya sendiri.
“Kamu udah dengar kan dari Niko?”
“Hehe.. udah tante, tapi beneran nih boleh ikutan?”
“Hihi.. iya, boleh kok. Kamu mau kan bantu Niko?”
“Hehe.. oke tante, Jaka senang malah bisa bantu kaya gini” Anisa tersenyum manis mendengar ucapan Jaka tersebut.
“Ya udah, kalian mau sekarang?” tanya Anisa dengan senyum di bibirnya.
“Ntar yang menang tante kasih uang jajan deh..” tambahnya lagi. Niko
dan Jaka akhirnya setuju untuk saat itu juga memulai latihan
ketahanannya. Niko cukup malu-malu juga untuk telanjang di depan Jaka.
Tapi Jaka malah terlihat tidak sabaran dan langsung saja membuka
celananya. Cukup terkejut Anisa melihat kelamin Jaka yang ternyata cukup
besar, beda sekali dengan milik anaknya Niko. Anisa berusaha
menyembunyikan keterkejutannya tersebut, walaupun matanya tetap menatap
takjub anak seusia Jaka memiliki penis sebesar itu.
“Umur kamu berapa sih Jaka?” tanya Anisa ke Jaka.
“17 tahun tante”
“Ohh.. pantesan” sebenarnya Anisa cukup heran juga Jaka masih smp
dengan usia segitu, tapi Anisa tidak ingin terlalu mempedulikannya dan
membahas hal tersebut.
“Pantesan kenapa ya tante?” tanya Jaka karena sedikit bingung.
“Ahh.. nggak, mau tau aja.. hihi”
“Yuk
mulai” ajak Anisa. Dia kemudian bersimpuh di tengah-tengah Niko dan
Jaka yang telah bertelanjang bulat dan sudah ngaceng dari tadi. Niko
sendiri sebenarnya masih merasa tidak nyaman dengan adanya Jaka yang
ikut. Tapi sudah terlambat, dia sendiri yang mengajak Jaka kemari. Dada
Niko berdebar karena akan melakukan hal ini lagi, bahkan kini temannya
ikut serta. Tangan Anisa mulai mengocok kedua penis remaja tanggung ini
di sisi kiri dan kanannya. Yang mana salah satunya milik anaknya
sendiri.
“Ahh… ma..” lenguh Niko penuh kenikmatan.
“Enak sayang? Kamu sendiri gimana jaka? Enak kocokan tante?” tanya Anisa dengan wajah nakal pada dua remaja itu.
“Iya tante, sedaap.. hehe, akhirnya kesampaian juga bisa dikocokin tante”
“hmm?? Maksud kamu?”
“hehe.. iya, sejak liat tante pertama kali Jaka jadi suka sama tante. Jaka jadi ngayalin tante tiap coli.”
“Ha? jadi kamu sering ngayalin tante? Dasar kamu kecil-kecil udah gini..” kata Anisa sambil tetap mengocok penis mereka.
Setelah beberapa saat, terlihat ekspresi dari Niko yang sepertinya sudah tidak tahan untuk keluar.
“Ma… gak tahan.. agghh…”
“Croot.. crroot” tumpahlah sperma Niko di hadapan ibu dan temannya itu. Spermanya berlumuran tumpah di tangan ibunya.
“Oughhh.. mah.. enak..” lenguh Niko kenikmatan.
“Yess.. gue menang, iya kan tante? Jaka yang menang kan?”
“Iya-iya kamu yang menang. Hmm.. kamu mau tante lanjutin sampe keluar gak?”
“hehe.. mau dong tante”
“Ya udah..” tangan Anisa kembali mengocok penis Jaka. Tidak butuh waktu
lama karena Jaka memang sudah horni dari tadi. Tangan Anisa pun kini
berlumuran sperma Jaka.
“Udah kan? kalian bersih-bersih dulu sana gih”
“Iya ma..”
“Iya tante..” jawab Niko dan Jaka bersamaan. Mereka akhirnya
bersih-bersih tidak lama setelah itu. Niko dan Jaka kemudian
menghabiskan waktunya dengan nonton tv sedangkan Anisa ke dapur
mempersiapkan makan malam. Selang beberapa lama terdengar suara tangisan
bayi, tidak lain adalah tangisan Windy, adiknya Niko. Anisa yang
mendengar suara tangisan anaknya pun segera menghentikan aktifitasnya di
dapur. Anisa kembali dari kamar sambil menenteng bayinya yang masih
kecil, lalu duduk di kursi yang cukup jauh dari Niko dan Jaka.
“Oi,
Nik.. liat tuh.. jadi ngiler gue pengen nyusu ke nyokap lo” kata-kata
yang sebenarnya sangat kurang ajar. Mengomentari ibunya seperti itu.
Tapi entah kenapa Niko juga merasakan hal yang sama dengan Jaka.
Nalurinya tidak dapat dibohongi kalau dia juga ngaceng liat payudara
ibunya sendiri yang sedang menyusui adeknya.
“Gini deh, gue punya ide” kata Jaka.
“Tante, mulai lagi yuk ronde selanjutnya. Kami udah tegang lagi nih..” pinta Jaka ke Anisa.
“Bentar yah sayang, tante lagi nyusuin Windy. Ntar dia gak kenyang lagi”
“Tante.. hadiah untuk yang menang ronde selanjutnya tambahin dong tante.. masa cuma uang jajan”
“Hmm.. terus?”
“Gimana kalau.. ngggg… itu tante” kata Jaka sambil menunjuk ke arah payudara Anisa yang masih menyusui bayi kecilnya.
“Hihihi.. dasar kamu. Maksudnya nyusu? Porno yah kalian.. hihi” Anisa malah merespon permintaan mesum Jaka sambil tertawa-tawa.
“Oke
deh, tante turutin. Niko, kamu harus menang yah kali ini, jangan
biarkan teman kamu yang malah dapat susu mama, kan kamu yang anaknya
mama. Hihi..”
“Iya ma.. Niko usahain”
Anisa melepaskan Windy
dari sisinya. Tampak Windy sudah tenang, mungkin karena sudah kenyang
menyusu. Anisa lalu meletakkan Windy ke kursi di sebelahnya.
“Mau
sekarang?” tanya Anisa dengan tatapan nakal tanpa menutup payudaranya
dengan baju terlebih dahulu, membiarkan payudara sebelah kanannya
menjadi santapan mereka. Membuat kedua remaja itu hanya
mengangguk-angguk mupeng karenanya.
Niko dan Jaka mendekati Anisa,
meloloskan celananya hingga mereka sekali lagi mengacungkan penis
mereka ke Anisa. Tangan Anisa mulai mengocok kedua penis itu lagi. Saat
penis mereka dikocok Anisa, mata mereka tidak henti-hentinya menatap ke
payudara yang terpampang bebas itu, membuat si punya penis makin
kelojotan.
“Ayo Niko.. semangat sayang, jangan kalah lagi” kata Anisa menyemangati anaknya.
“Oughh.. iya ma..” jawab Niko. Tapi apa daya, ketahanan Niko masih
belum dapat menandingi Jaka. Diapun akhirnya keluar duluan dan kalah
lagi dari Jaka.
“Yes, gue menang.. hehe” sorak Jaka penuh kemenangan dengan diiringi tawa mesum.
“Tuh kan.. kamunya kalah lagi” kata Anisa dengan wajah yang dicemberutkan ke Niko.
“Kamu mau ambil hadiahnya sekarang jaka?” tanya Anisa dengan tatapan nakal ke Jaka.
“Boleh tante.. ”
“Huu..
udah gak sabar yah kamunya, ya udah sini duduk dekat Tante” kata Anisa
sambil menggeser posisi duduknya memberi tempat untuk Jaka untuk duduk
di sebelahnya. Jakapun akhirnya duduk di sebelah Anisa dan mulai
mengarahkan mulut hitamnya ke pucuk payudara Anisa yang siap menyambut
mulutnya. Walau agak grogi, tapi akhirnya mulut Jaka menempel ke pucuk
payudara kanan Anisa. Terasa cairan hangat mulai masuk ke mulutnya saat
dia coba mengenyot putting payudara tersebut.
Melihat temannya
yang asik menyusu ke ibu kandungnya membuat perasaan Niko tidak karuan
saat itu. Cemburu, sakit hati, horni, semua campur aduk. Bagaimanapun
itu adalah ibu kandungnya dan kini payudara ibunya sedang dinikmati
temannya yang cabul itu. Sambil menyusu ke Anisa, mata Jaka sesekali
menatap ke Niko sambil cengengesan seperti sedang memberitahunya betapa
nikmatnya menyusu ke ibunya.
“Jaka, jangan godain Niko seperti itu dong, kasihan anak tante” kata Anisa yang tahu apa yang sedang dipikirkan Jaka.
“Hehe.. gak kok tante..” jawab Jaka enteng.
“Ma…” kata Niko lirih.
“Ya sayang?”
“Niko mau juga dong…”
“Yee..
ini kan hadiah untuk yang menang. Jadinya khusus untuk Jaka dong..
kalau kamu juga mau, ronde selanjutnya kamu harus menang yah sayang..”
jawab Anisa. Sekali lagi tampak Jaka cengengesan melirik ke Niko,
membuat hati Niko makin pedih.
“Tante, yang satu lagi buka juga dong..” pinta Jaka.
“Lah, untuk apa? Emang kamu mau nyusu yang sebelah juga??”
“Iya.. boleh yah tante..”
“Hmm.. iya-iya, dasar kamunya” Anisa akhirnya menyetujui permintaan
mesum Jaka. Dia lalu membuka sisi bajunya sebelah kiri sehingga kini
kedua payudaranya terpampang bebas.
“Tanggung tuh tante, buka aja semua bajunya..” pinta Jaka lagi.
“Dasar nakal. Niko, gak papa kan mama telanjang dada? Temanmu nakal
nih..” Anisa malah meminta persetujuan pada anaknya yang sedari tadi
melongo mupeng ke arah mereka berdua.
“Eh.. i-iya ma, gak papa”
jawab Niko. Rasa pedih di hatinya entah kenapa kalah dengan rasa horni
dan penasaran melihat tubuh telanjang dada ibunya. Mendengar jawaban
anaknya Anisa cuma tersenyum, dia kemudian mulai meloloskan daster
bagian atasnya sehingga kini bagian atas tubuhnya tidak tertutup kain
sedikitpun. Memamerkan tubuh bagian atasnya dengan buah dada sekal yang
penuh cairan susu.
“Udah nih, puas kan kamu Jaka?”
“Hehe.. tante emang baik”
“Dasar”
kata Anisa sambil mencubit pipi Jaka. Remaja itu kemudian melanjutkan
acara nyusunya lagi. Kali ini payudara kiri Anisa yang dijilat dan
dihisapnya, sambil payudara kanannya menjadi sasaran remasan tangan
nakal Jaka. Memang tidak ada persetujuan kalau yang menang boleh
melakukan hal mesum seperti meremas payudara Anisa. Tapi Anisa tidak
menganggapnya masalah.
“Tante, kocokin lagi dong.. kan tadi belum keluar. Pasti enak nih nanti rasanya ngecrot sambil nyusu.. hehe” pinta Jaka mesum.
“Hmm..
iya-iya. Porno kamunya. Kamu baring deh sini.” setuju Anisa menyuruh
Jaka berbaring di atas sofa dengan kepala Jaka berada di atas paha Anisa
yang diberi bantal sofa, sehingga mulut Jaka kini tepat di depan
payudara Anisa. Tangan Anisa kini meraih penis Jaka dan mulai
mengocoknya lagi. Sungguh beruntung Jaka ini, merasakan kenikmatan
menyusu dari payudara yang putih sekal sambil penisnya dikocok oleh
wanita secantik dan seseksi Anisa. Sambil membiarkan Jaka menyedot susu
dari buah dadanya, dia mengocok batang penis teman anaknya tersebut.
Anaknya sendiri masih melongo menatap nanar aksi temannya yang semakin
mesum ke ibu kandungnya. Jaka masih saja melirik cengengesan ke arah
Niko. Kini ibunyapun juga ikut-ikutan melirik tersenyum ke Niko yang
cemburu dari tadi, yang membuat hati Niko makin tidak karuan.
Tapi suara rewelan Windy menganggu suasana mesum ini. Tentu saja Jaka yang merasa sangat terganggu karena aksinya belum selesai.
“Jaka, bentar yah.. tante urus Windy dulu” kata Anisa melepaskan kocokan tangannya dari penis Jaka.
“Duh tanggung nih tante, bentar lagi..” tolak Jaka tidak tahu diri.
“Bentar kok sayang.. yah?” kata Anisa lagi ke Jaka, tapi Jaka
sepertinya belum mau melepaskan kulumannya dari buah dadanya. Anisa
akhirnya menuruti kemauan Jaka dan kembali mengocok penis Jaka.
“Bentar yah Windy sayang.. Om jaka masih belum puas nih.. hihi” kata
Anisa ke bayinya. Sungguh gila, Anisa lebih memilih memuaskan Jaka dulu
dari pada mengurus bayinya yang sedang menangis ini.
“Belum Jaka? Kasihan tuh Windy..” tanya Anisa.
“Belum tante, duh si Windynya berisik amat siih tante. Suruh diam dong..” kata Jaka yang betul-betul tidak tahu diri.
“Kamunya
kan yang gak mau ngalah. Hmmhh.. dasar. Niko, tolong kamu timang-timang
adek kamu dulu dong” suruh Anisa ke anaknya. Niko dengan perasaan yang
tidak karuan menuruti saja perintah ibunya ini. Dia ambil Windy yang
masih menangis dan menimang-nimangnya. Niko menggendong adeknya itu
mutar-mutar rumah. Meninggalkan ibu dan temannya yang masih saja asik
dengan aktifitas mesum mereka. Cukup lama untuk membuat Windy untuk
tertidur lagi. Setelah Windy tertidur, barulah Niko kembali ke tempat
tadi.
“Ma, udah tidur nih.. bawa ke kamar aja yah Windynya?” tanya Niko berbisik sambil melihat ibunya yang masih saja menyusui Jaka.
“Ngghh,
iya sayang, bawa ke kamar aja” jawab Anisa. Dengan berat hati Niko
membawa Windy ke kamar, sudah tidak dapat apa-apa malah harus urusin
Windy, gerutunya.
Saat Niko kembali dia melihat mereka sudah
berganti posisi. Kali ini Anisa berada di bawah tindihan Jaka yang masih
sibuk mengenyot buah ibunya ini. Penis Jaka pun masih tetap dikocok
oleh Anisa dengan posisi seperti itu. Tampak daster yang dikenakan Anisa
makin acak-acakan karena perbuatan Jaka ini. Temannya benar-benar
melakukan hal mesum ke ibunya. Anisa sendiri mulai melenguh karena
permainan lidah dan tangan Jaka di buah dadanya. Melihat anaknya sudah
kembali Anisa berusaha untuk mendorong tubuh Jaka.
“Jaka.. udah
dong.. lama amat sih” kata Anisa. Jaka tidak memperdulikan omongan Anisa
dan masih saja meneruskan menghisap payudara tersebut walau dia juga
tahu bahwa Niko sudah kembali.
“Udah dong Jaka sayang..” katanya lagi.
Sebenarnya
Niko cukup heran, padahal dia cukup lama menimang-nimang Windy tapi
Jaka belum juga ngecrot. Apa Jaka sudah ngecrot waktu dia
menimang-nimang Windy tadi? Pikirnya.
Dugaannya sepertinya benar
karena dia melihat ada bercak putih di bawah sofa itu. Sepertinya jaka
yang belum puas meminta jatah lagi walau sudah ngecrot, pikirnya lagi.
“Sayang,
sorry yah. Ini Jaka masih belum puas aja” kata Anisa pada Niko. Memang
tidak ada batasan waktu sampai kapan hadiah nyusu itu diberikan sehingga
Jaka masih saja meneruskan aksinya. Jaka sebenarnya sudah kenyang
meminum susu dari payudara Anisa, sekarang dia lebih tepatnya menjilati
dan memainkan payudara Anisa dengan mulut dan lidahnya. Niko yang memang
jadi pihak yang kalah terpaksa hanya menuruti apa yang telah
dijanjikan.
Melihat anaknya yang mupeng dari tadi Anisa tidak tega juga. Dia dorong dengan paksa tubuh Jaka dari dirinya.
“Udah
dulu Jaka, kasian Niko tuh.. kita mulai ronde selanjutnya yah..
kayaknya kalian udah tegang lagi tuh..”kata Anisa mencoba memberi Niko
kesempatan sekali lagi.
“Kalau gitu boleh dong Niko nyusu kalau Niko menang?” tanya Niko semangat.
“Iya.. boleh..” jawab Anisa sambil tersenyum manis.
“Terus kalau Jaka yang menang gimana tante?” tanya Jaka yang masih belum puas juga.
“Hmm.. kamu maunya apa?” kata Anisa balik nanya.
“gimana
kalau Jaka boleh ngentotin tante.. hehe” jawab Jaka kurang ajar. Niko
sendiri terkejut bukan main mendengar permintaan temannya ini,
betul-betul kurang ajar. Ingin sekali rasanya dia melayangkan tinju ke
mulut Jaka. Tapi dia melihat ibunya malah tertawa mendengar permintaan
Jaka ini.
“Hihi.. kamu ini, enak aja. Ini punyanya papanya Niko” kata Anisa sambil mencubit perut Jaka.
“Gitu yah tante.. duh, pengen banget padahal genjotin memek tante.. hehe”
“Hush.. kamu ini ngomongnya kurang ajar banget, ada Niko tuh..” kata Anisa sambil melirik ke anaknya.
“Gimana Niko? Gak boleh kan?” tanya Anisa ke Niko.
“Nggg…”
“Boleh kan Nik? Gue hajar lo kalau gak boleh!!” kata Jaka main serobot.
“Eh
eh, enak aja main hajar anak tante. Gak boleh pokoknya, pake mulut
tante aja yah.. gak apa kan? jejalin deh suka-suka kamu ke mulut tante
kalau kamu menang.” tawar Anisa dengan senyum nakal. Memberi Jaka
harapan kalau dia boleh melampiaskan nafsunya menggunakan mulutnya.
“Ya
udah tante.. oke deh.. hehe” setuju Jaka. Niko yang mendengar tawaran
dari mulut ibunya makin membuat hatinya tidak karuan. Kalau dia kalah
berarti dia kalah satu putaran lagi dari Jaka, yang juga berarti Jaka
akan semakin berbuat tidak senonoh terhadap ibunya, tubuhnya jadi panas
dingin dibuatnya. Dia ingin sekali menang dan mencoba mendapatkan
kenikmatan itu. Tapi dia juga penasaran melihat apa yang akan dilakukan
Jaka ke ibunya kalau dia kalah. Entah kenapa hatinya jadi bimbang
begini.
“Tante, lepasin aja dasternya, nanggung tuh” pinta Jaka.
“Apaan
nanggung-nanggung.. dasar kamu, iya deh tante lepasin” setuju Anisa.
Diapun membuka dasternya yang sedari tadi memang sudah terpasang tidak
karuan karena bagian atasnya sudah terbuka. Kini Anisa hampir
benar-benar telanjang di depan kedua remaja tersebut, dia saat ini
mengenakan celana dalam berenda yang menjadi satu-satunya pakaian yang
masih menempel di tubuhnya. Niko yang meskipun sudah pernah melihat
tubuh telanjang ibunya tetap saja sekarang membuat dadanya berdecak
kagum serta langsung membangkitkan nafsunya.
“Niko.. semangat yah.. masa sih kalah terus” kata Anisa.
“Gak bakal menang dia tante..hehe” serobot Jaka.
“Ayo dong Niko, kalau kamu kalah lagi nanti mama dimesumin lagi nih
sama teman kamu ini, kamu gak mau kan?” kata Anisa menyemangati anaknya.
Ronde
selanjutnyapun dimulai, Niko ternyata memang kalah pengalaman dari
Jaka. Dengan berat hati dan kecewa dia harus merelakan kalau dia
lagi-lagi harus kalah dari Jaka. Dia sungguh kecewa tidak bisa
menyelamatkan ibunya dari perlakuan mesum Jaka.
“Haha.. gue bilang juga apa? Gue yang bakal menang. Yes” sorak Jaka. Anisa tersenyum mendengarnya.
“Iya-iya
kamu menang.. menang terus nih kamunya, kasihan anak tante gak dapat
dari tadi” kata Anisa sambil melirik ke Niko yang sedang terduduk
kecewa. Jakapun mendorong tubuh Anisa ke sofa dan menghimpitnya lagi.
Dia sepertinya ingin melanjutkan aksinya tadi yang belum selesai.
“Duh..
aww.. Jaka, pelan-pelan dong..” kata Anisa. Tanpa menjawab Jaka
meneruskan perbuatannya ini, dia mulai menciumi bagian tubuh Anisa yang
lain, termasuk wajah dan mulut Anisa. Niko lagi-lagi hanya bisa
memandang temannya berbuat mesum ke ibunya. lidah Jaka dan Anisa kini
saling membelit, saling berbagi liur satu sama lain. Jaka lalu
menjulurkan lidahnya, Anisa yang tahu berbuat apa langsung mengulum
lidah Jaka tersebut, sungguh erotis sekali. Jaka juga melakukan hal yang
sama dengan mengulum lidah Anisa yang dijulurkan, mereka lakukan hal
tersebut bergantian beberapa kali.
“Tante lihat tuh, anak tante
ngiri tuh..” kata Jaka. Anisa melirik ke arah anaknya yang memang lagi
mupeng berat melihat aksi mereka ini. Sebuah pemandangan yang malah
membuat hati anaknya panas dingin tidak karuan.
“Coba buka mulut
tante..” suruh Jaka. Anisa mengikuti kemauan remaja ini dan membuka
mulutnya lebar-lebar. Jaka kini dengan kurang ajarnya meludah ke dalam
mulut Anisa, di depan mata anaknya sendiri yang dari tadi hanya
memperhatikan mereka. Lagi-lagi Jaka cengengesan sambil melirik ke Niko
setelah melakukan hal bejat tersebut, bahkan ibunya juga melirik sambil
tersenyum ke arah Niko setelah menelan liur Jaka.
Bagi Anisa
sendiri ini juga merupakan sensasi yang baru pertama dia rasakan.
Bergumul dengan pria yang seumuran anak laki-lakinya, bahkan di depan
anak laki-lakinya itu sendiri. Menelan liur seperti inipun tidak pernah
dia lakukan dengan suaminya, tapi kini dia malah melakukan hal
menjijikkan ini dengan teman anaknya. Niko yang melihat itu begitu
terbakar hatinya, tapi dia juga terangsang melihat aksi mereka.
Membuatnya tidak tahu harus bagaimana dan berbuat apa.
“Lagi ya
tante..” kini Jaka tampak komat-kamit mengumpulkan liur sebanyak mungkin
dan akhirnya menumpahkan kembali liurnya ke dalam mulut Anisa. Kini
bahkan lebih banyak dari sebelumnya. Tampak lelehan liur Jaka keluar
dari mulut Anisa karena tidak mampu menelan semuanya.
“Udah ah kamunya, ada-ada aja”
“Hehe.. lanjut yah tante, hadiah utamanya belum nih, pengen rasain mulut tante”
“Hmmhhh.. iya-iya, tapi jangan disini yah.. di kamar tante aja yuk.. malu nih di depan Niko”
“hehe.. oke deh..” setuju Jaka. Mereka kemudian bangkit dan menuju kamar Anisa.
“Tapi sebentar aja yah, gak lama lagi suami tante pulang nih, bisa dihajar kamu kalau nampak sama om, hihi..”
“oke tante.. hehe” jawab Jaka.
“Ma.. terus aku gimana nih?” tanya Niko dengan wajah kecewa. Dia
sebenarnya masih ingin di antara mereka, walau hanya untuk sekedar
melihat saja.
“Maaf yah sayang, Kan Jaka yang menang. Kamu kalah
sih.. kamu tolongin lihat situasi aja yah sayang, siapa tahu papa kamu
pulang, gak papa kan?” Niko hanya mengangguk lesu menyetujui perintah
mamanya ini. Sebelum mereka masuk ke kamar, lagi-lagi Jaka mengeluarkan
cengengesan menjijikkannya ke arah Niko.
Kini Niko tinggal sendiri
di luar kamar, entah apa yang sedang mereka lakukan Niko benar-benar
tidak mengetahuinya, sama sekali tidak terdengar suara dari luar kamar
tempat Niko berdiri ini. Tubuh Niko jadi panas dingin membayangkan apa
yang terjadi pada mamanya di dalam sana. Niko penasaran apa yang
terjadi, selang beberapa lama dia putuskan untuk berusaha mencuri dengar
apa yang sedang terjadi di dalam.
“Enak sayang?” terdengar suara mamanya samar-samar.
“Enak tante..”
“Enak banget yah?? hihi”
“…. Duh, aw.. Jaka, pelan-pelan sayang.. geli.. hahaha..” terdengar tawa renyah mamanya yang sepertinya sedang kegelian.
“Oughh.. Anisa..”
“Ngghh.. sayang, udah… sshhh.. kamu ini, ntar Windy nya bangun”
“Nggmmhh..”
“Oughh..”
Beberapa
kali terdengar suara lenguhan ibunya dan Jaka, entah apa yang mereka
lakukan. Niko betul-betul tidak tenang di luar sini. Hatinya begitu
tidak karuan mendengar dan membayangkan apa yang sedang terjadi di
dalam. Suara Windypun terdengar dari sana, sepertinya Windy terbangun
karena ulah Anisa dan Jaka di dalam sana.
“Tuh kan.. anak tante bangun, kamu sih..”
“Windy, kamu mau ikutan nyusu kaya om Jaka?, sini-sini..” kata mamanya.
Deg, Niko terkejut mendengarnya. Dia semakin panas dingin karena
membayangkan mamanya menyusui mereka sekaligus. Yang satu memang bayinya
sendiri, tapi orang yang satu lagi?
Baca juga : Kuperkosa Mbak Mel Yang Cantik Di Dalam Perpustakaan
Niko
putuskan untuk tidak meneruskan menguping. Hatinya sudah begitu panas
mendengar dan membayangkan itu semua. Lebih setengah jam lamanya Niko
hanya duduk di sofa terdekat dari kamar orangtuanya ini hingga akhirnya
pintupun terbuka dan mereka keluar dari kamar. Tampak Anisa sudah
kembali mengenakan pakaian lengkap, tapi rambut dan wajahnya terlihat
acak-acakan, membuat Niko betul-betul penasaran apa saja yang telah
mereka lakukan.
“Lama amat sih ma?” tanya Niko dengan wajah kesal setelah mereka keluar.
“Habis.. temanmu ini sih..” jawab Anisa sambil tersenyum ke Jaka.
“Udah yah Jaka, pulang dulu yah.. bentar lagi Om pulang” katanya lagi.
“Iya deh tante, makasih banyak ya.. hehe” Jakapun akhirnya pulang tidak
lama kemudian. Jaka bahkan tidak pamit dengan Niko, Jaka hanya
berpamitan dengan Anisa sambil mencium tangannya.
“Ma..” kata Niko lirih memanggil mamanya.
“hmm? Apa sayang?”
“Niko juga mau dong..”
“ Hihihi.. kamu mau juga?”
“Iya mah..”
“Kalau gitu besok kamu harus menang yah..”
“Yah.. mama kok gitu sih, sekarang dong ma.. cuma nyusu aja juga boleh kok ma”
“Gimana
sih kamu ini, itu kan hadiah kalau kamu bisa menang. Ya udah sekali
saja, ntar malam kamu tungguin mama yah, jangan tidur dulu” kata Anisa
memberi harapan pada Niko sambil mengedipkan matanya.
“Kok gak sekarang aja sih ma?”
“Udah
mau malam nih, ntar papa kamu keburu pulang. Ntar malam aja yah..”
katanya lagi sambil mengelus kepala Niko. Akhirnya Niko setuju saja dari
pada tidak sama sekali. Hati Niko senang bukan main mendengar perkataan
ibunya, dia tidak sabar menunggu malam tiba.
No comments:
Post a Comment