Wanita
itu adalah Ibu Kos-ku, ia bernama Tante Maria, suaminya seorang
pedagang yang sering keluar kota. Dan akibat dari pengalaman bercinta
dengannya aku mendapat pelayanan istimewa dari Ibu Kos-ku, tetapi aku
tak ingin menjadi lesbian sejati, sehingga aku sering menolak bila
diajak bercinta dengannya, walaupun Tante Maria sering merayuku tetapi
aku dapat menolaknya dengan cara yang halus, dengan alasan ada laporan
yang harus kukumpulkan besok, atau ada test esok hari sehingga aku harus
konsentrasi belajar, semula aku ada niat untuk pindah kos tetapi Tante
Maria memohon agar aku tidak pindah kos dengan syarat aku tidak diganggu
lagi olehnya, dan ia pun setuju. Sehingga walaupun aku pernah bercinta
dengannya seperti seorang suami istri tetapi aku tak ingin jatuh cinta
kepadanya, kadang aku kasihan kepadanya bila ia sangat memerlukanku
tetapi aku harus seolah tidak memperdulikannya. Kadang aku heran juga
dengan sikapnya ketika suaminya pulang kerumah mereka seakan tidak akur,
sehingga mereka berada pada kamar yang terpisah.
Hingga
suatu hari ketika aku pulang malam hari setelah menonton bioskop dengan
teman priaku, waktu itu jam sudah menunjukkan pukul setengah sebelas
malam, karena aku mempunyai kunci sendiri maka aku membuka pintu depan,
suasana amat sepi lampu depan sudah padam, kulihat lampu menyala dari
balik pintu kamar kos pramugari itu,
“Hmm.. ia
sudah datang,” gumamku, aku langsung menuju kamarku yang letaknya
bersebelahan dengan kamar pramugari itu. aku bersihkan wajahku dan
berganti pakaian dengan baju piyamaku, lalu aku menuju ke pembaringan,
tiba-tiba terdengar rintihan-rintihan yang aneh dari kamar sebelah. Aku
jadi penasaran karena suara itu sempat membuatku takut, kucoba
memberanikan diri untuk mengintip kamar sebelah karena kebetulan ada
celah udara antara kamarku dengan kamar pramugari itu, walaupun ditutup
triplek aku mencoba untuk melobanginya, kuambil meja agar aku dapat
menjangkau lubang udara yang tertutup triplek itu.
Lalu
pelan pelan kutusukan gunting tajam agar triplek itu berlobang, betapa
terkejutnya aku ketika kulihat pemandangan di kamar sebelahku. Aku
melihat Tante Maria menindih seorang wanita yang kelihatan lebih tinggi,
berkulit putih, dan berambut panjang, mereka berdua dalam keadaan
bugil, lampu kamarnya tidak dipadamkan sehingga aku dapat melihat jelas
Tante Maria sedang berciuman bibir dengan wanita itu yang mungkin
pramugari itu. Ketika Tante Maria menciumi lehernya, aku dapat melihat
wajah pramugari itu, dan ia sangat cantik wajahnya bersih dan mempunyai
ciri khas seorang keturunan ningrat. Ternyata pramugari itu juga terkena
rayuan Tante Maria, ia memang sangat mahir membuat wanita takluk
kepadanya, dengan sangat hati-hati Tante Maria menjilati leher dan turun
terus ke bawah. Bibir pramugari itu menganga dan mengeluarkan
desahan-desahan birahi yang khas, wajahnya memerah dan matanya tertutup
sayu menikmati kebuasan Tante Maria menikmati tubuhnya itu. Tangan Tante
Maria mulai memilin puting payudara pramugari itu, sementara bibirnya
menggigit kecil puting payudara sebelahnya. Jantungku berdetak sangat
kencang sekali menikmati adegan itu, belum pernah aku melihat adegan
lesbianisme secara langsung, walaupun aku pernah merasakannya. Dan ini
membuat libidiku naik tinggi sekali, aku tak tahan berdiri lama, kakiku
gemetaran, lalu aku turun dari meja tempat aku berpijak, walau aku masih
ingin menyaksikan adegan mereka berdua.
Dadaku
masih bergemuru. Entah mengapa aku juga ingin mengalami seperti yang
mereka lakukan. Kupegangi liang vaginaku, dan kuraba klitorisku, seiring
erangan-erangan dari kamar sebelah aku bermasturbasi sendiri. Tangan
kananku menjentik-jentikan klitorisku dan tangan kiriku memilin-milin
payudaraku sendiri, kubayangkan Tante Maria mencumbuiku dan aku
membayangkan juga wajah cantik pramugari itu menciumiku, dan tak terasa
cairan membasahi tanganku, walaupun aku belum orgasme tapi tiba-tiba
semua gelap dan ketika kubuka mataku, matahari pagi sudah bersinar
sangat terang.
Aku mandi membersihkan diriku,
karena tadi malam aku tidak sempat membersihkan diriku. Aku keluar kamar
dan kulihat mereka berdua sedang bercanda di sofa. Ketika aku datang
mereka berdua diam seolah kaget dengan kehadiranku. Tante Maria
memperkenalkan pramugari itu kepadaku,
“Rus, kenalkan ini pramugari kamar sebelahmu.”
Kusorongkan tangan kepadanya untuk berjabat tangan dan ia membalasnya,
“Hai, cantik namaku Vera, namamu aku sudah tahu dari Ibu Kos, semoga kita dapat menjadi teman yang baik.”
Kulihat
sinar matanya sangat agresif kepadaku, wajahnya memang sangat cantik,
membuatku terpesona sekaligus iri kepadanya, ia memang sempurna. Aku
menjawab dengan antusias juga,
“Hai, Kak, kamu juga cantik sekali, baru pulang tadi malam.”
Dan
ia mengangguk kepala saja, aku tak tahu apa lagi yang diceritakan Tante
Maria kepadanya tentang diriku, tapi aku tak peduli kami beranjak ke
meja makan. Di meja makan sudah tersedia semua masakan yang dihidangkan
oleh Tante Maria, kami bertiga makan bersama. Kurasakan ia sering
melirikku walaupun aku juga sesekali meliriknya, entah mengapa dadaku
bergetar ketika tatapanku beradu dengan tatapannya.
Tiba-tiba Tante Maria memecahkan kesunyian,
“Hari
ini Tante harus menjenguk saudara Tante yang sakit, dan bila ada telpon
untuk Tante atau dari suami Tante, tolong katakan Tante ke rumah Tante
Diana.”
Kami berdua mengangguk tanda mengerti, dan
selang beberapa menit kemudian Tante Maria pergi menuju rumah
saudaranya. Dan tinggallah aku dan Vera sang pramugari itu, untuk
memulai pembicaraan aku mengajukan pertanyaan kepadanya,
“Kak Vera, rupanya sudah kos lama disini.”
Dan
Vera pun menjawab, “Yah, belum terlalu lama, baru setahun, tapi aku
sering bepergian, asalku sendiri dari kota “Y”, aku kos disini hanya
untuk beristirahat bila perusahaan mengharuskan aku untuk menunggu shift
disini.”
Aku mengamati gaya bicaranya yang lemah
lembut menunjukan ciri khas daerahnya, tubuhnya tinggi semampai. Dari
percakapan kami, kutahu ia baru berumur 26 tahun. Tiba-tiba ia
menanyakan hubunganku dengan Tante Maria. Aku sempat kaget tetapi kucoba
menenangkan diriku bahwa Tante Maria sangat baik kepadaku. Tetapi rasa
kagetku tidak berhenti disitu saja, karena Vera mengakui hubungannya
dengan Tante Maria sudah merupakan hubungan percintaan.
Aku pura-pura kaget,
“Bagaimana mungkin kakak bercinta dengannya, apakah kakak seorang lesbian,” kataku.
Vera
menjawab, “Entahlah, aku tak pernah berhasil dengan beberapa pria, aku
sering dikhianati pria, untung aku berusaha kuat, dan ketika kos disini
aku dapat merasakan kenyamanan dengan Tante Maria, walaupun Tante Maria
bukan yang pertama bagiku, karena aku pertama kali bercinta dengan
wanita yaitu dengan seniorku.”
Kini aku baru
mengerti rahasianya, tetapi mengapa ia mau membocorkan rahasianya
kepadaku aku masih belum mengerti, sehingga aku mencoba bertanya
kepadanya,
“Mengapa kakak membocorkan rahasia kakak kepadaku.”
Dan Vera menjawab, “Karena aku mempercayaimu, aku ingin kau lebih dari seorang sahabat.”
Aku
sedikit kaget walaupun aku tahu isyarat itu, aku tahu ia ingin tidur
denganku, tetapi dengan Vera sangat berbeda karena aku juga ingin tidur
dengannya. Aku tertunduk dan berpikir untuk menjawabnya, tetapi
tiba-tiba tangan kanannya sudah menyentuh daguku.
Ia
tersenyum sangat manis sekali, aku membalas senyumannya. Lalu bibirnya
mendekat ke bibirku dan aku menunggu saat bibirnya menyentuhku, begitu
bibirnya menyentuh bibirku aku rasakan hangat dan basah, aku
membalasnya. Lidahnya menyapu bibirku yang sedkit kering, sementara
bibirku juga merasakan hangatnya bibirnya. Lidahnya memasuki rongga
mulutku dan kami seperti saling memakan satu sama lain. Sementara aku
fokus kepada pagutan bibirku, kurasakan tangannya membuka paksa baju
kaosku, bahkan ia merobek baju kaosku. Walau terkejut tapi kubiarkan ia
melakukan semuanya, dan aku membalasnya kubuka baju dasternya. Ciuman
bibir kami tertahan sebentar karena dasternya yang kubuka harus dibuka
melewati wajahnya.
Kulihat Bra hitamnya menopang
payudaranya yang lumayan besar, hampir seukuran denganku tetapi
payudaranya lebih besar. Ketika ia mendongakkan kepalanya tanpa
menunggu, aku cium leher jenjangnya yang sexy, sementara tanggannya
melepas bra-ku seraya meremas-remas payudaraku. Aku sangat bernafsu saat
itu aku ingin juga merasakan kedua puting payudaranya. Kulucuti Bra
hitamnya dan tersembul putingnya merah muda tampak menegang, dengan
cepat kukulum putingnya yang segar itu. Kudengar ia melenguh kencang
seperti seekor sapi, tapi lenguhan itu sangat indah kudengar. Kunikmati
lekuk-lekuk tubuhnya, baru kurasakan saat ini seperti seorang pria, dan
aku mulai tak dapat menahan diriku lalu kurebahkan Vera di sofa itu.
Kujilati semua bagian tubuhnya, kulepas celana dalamnya dan lidahku
mulai memainkan perannya seperti yang diajarkan Tante Maria kepadaku.
Entah karena nafsuku yang menggebu sehingga aku tidak jijik untuk
menjilati semua bagian analnya. Sementara tubuh Vera menegang dan Vera
menjambak rambutku, ia seperti menahan kekuatan dasyat yang
melingkupinya.
Ketika sedang asyik kurasakan tubuh
Vera, tiba-tiba pintu depan berderit terbuka. Spontan kami berdua
mengalihkan pandangan ke kamar tamu, dan Tante Maria sudah berdiri di
depan pintu. Aku agak kaget tetapi matanya terbelalak melihat kami
berdua berbugil. Dijatuhkannya barang bawaannya dan tanpa basa-basi ia
membuka semua baju yang dikenakannya, lalu menghampiri Vera yang
terbaring disofa. Diciuminya bibirnya, lalu dijilatinya leher Vera
secara membabi buta, dan tanggannya yang satu mencoba meraihku. Aku tahu
maksud Tante Maria, kudekatkan wajahku kepadanya, tiba-tiba wajahnya
beralih ke wajahku dan bibirnya menciumi bibirku. aku membalasnya, dan
Vera mencoba berdiri kurasakan payudaraku dikulum oleh lidah Vera. Aku
benar-benar merasakan sensasi yang luar biasa kami bercinta bertiga.
Untung waktu itu hujan mulai datang sehingga lingkungan mulai berubah
menjadi dingin, dan keadaan mulai temaram. Vera kini melampiaskan
nafsunya menjarah dan menikmati tubuhku, sementara aku berciuman dengan
Tante Maria. Vera menghisap klitorisku, aku tak tahu perasaan apa pada
saat itu. Setelah mulut Tante Maria meluncur ke leherku aku berteriak
keras seakan tak peduli ada yang mendengar suaraku. Aku sangat tergetar
secara jiwa dan raga oleh kenikmatan sensasi saat itu.
Kini
giliranku yang dibaringkan di sofa, dan Vera masih meng-oral
klitorisku, sementara Tante Maria memutar-mutarkan lidahnya di
payudaraku. Akupun menjilati payudara Tante Maria yang sedikit kusut di
makan usia, kurasakan lidah-lidah mereka mulai menuruni tubuhku. Lidah
Vera menjelejah pahaku dan lidah Tante Maria mulai menjelajah bagian
sensitifku. Pahaku dibuka lebar oleh Vera, sementara Tante Maria
mengulangi apa yang telah dilakukan Vera tadi, dan kini Vera berdiri dan
kulihat ia menikmati tubuh Tante Maria. Dijilatinya punggung Tante
Maria yang menindihku dengan posisi 69, dan Vera menelusuri tubuh Tante
Maria. Tetapi kemudian ia menatapku dan dalam keadaan setengah terbuai
oleh kenikmatan lidah Tante Maria. Vera menciumi bibirku dan aku
membalasnya juga, hingga tak terasa kami berjatuhan dilantai yang
dingin. Aku sangat lelah sekali dikeroyok oleh mereka berdua, sehingga
aku mulai pasif. Tetapi mereka masih sangat agresif sekali, seperti
tidak kehabisan akal Vera mengangkatku dan mendudukan tubuhku di kedua
pahanya, aku hanya pasrah. Sementara dari belakang Tante Maria menciumi
leherku yang berkeringat, dan Vera dalam posisi berhadapan denganku, ia
menikmatiku, menjilati leherku, dan mengulum payudaraku. Sementara
tangan mereka berdua menggerayangi seluruh tubuhku, sedangkan tanganku
kulingkarkan kebelakang untuk menjangkau rambut Tante Maria yang
menciumi tengkuk dan seluruh punggungku.
Entah
berapa banyak rintihan dan erangan yang keluar dari mulutku, tetapi
seakan mereka makin buas melahap diriku. Akhirnya aku menyerah kalah aku
tak kuat lagi menahan segalanya aku jatuh tertidur, tetapi sebelum aku
jatuh tertidur kudengar lirih mereka masih saling menghamburkan
gairahnya. Saat aku terbangun adalah ketika kudengar dentang bel jam
berbunyi dua kali, ternyata sudah jam dua malam hari. Masih kurasakan
dinginnya lantai dan hangatnya kedua tubuh wanita yang tertidur
disampingku. Aku mencoba untuk duduk, kulihat sekelilingku sangat gelap
karena tidak ada yang menyalakan lampu, dan kucoba berdiri untuk
menyalakan semua lampu. Kulihat baju berserakan dimana-mana, dan tubuh
telanjang dua wanita masih terbuai lemas dan tak berdaya. Kuambilkan
selimut untuk mereka berdua dan aku sendiri melanjutkan tidurku di
lantai bersama mereka. Kulihat wajah cantik Vera, dan wajah anggun Tante
Maria, dan aku peluk mereka berdua hingga sinar matahari datang
menyelinap di kamar itu.
Pagi datang dan aku harus
kembali pergi kuliah, tetapi ketika mandi seseorang mengetuk pintu kamar
mandi dan ketika kubuka ternyata Vera dan Tante Maria. Mereka masuk dan
di dalam kamar mandi kami melakukan lagi pesta seks ala lesbi. Kini
Vera yang dijadikan pusat eksplotasi, seperti biasanya Tante Maria
menggarap dari belakang dan aku menggarap Vera dari depan. Semua
dilakukan dalam posisi berdiri. Tubuh Vera yang tinggi semampai membuat
aku tak lama-lama untuk berciuman dengannya aku lebih memfokuskan untuk
melahap buah dadanya yang besar itu. Sementara tangan Tante Maria
membelai-belai daerah sensitif Vera. Dan tanganku menikmati lekuk tubuh
Vera yang memang sangat aduhai. Percintaan kami dikamar mandi
dilanjutkan di ranjang suami Tante Maria yang memang berukuran besar,
sehingga kami bertiga bebas untuk berguling, dan melakukan semua
kepuasan yang ingin kami rengkuh. Hingga pada hari itu aku benar-benar
membolos masuk kuliah.
Hari-hari berlalu dan kami
bertiga melakukan secara berganti-ganti. Ketika Vera belum bertugas aku
lebih banyak bercinta dengan Vera, tetapi setelah seminggu Vera kembali
bertugas ada ketakutan kehilangan akan dia. Mungkin aku sudah jatuh
cinta dengan Vera, dan ia pun merasa begitu. Malam sebelum Vera bertugas
aku dan Vera menyewa kamar hotel berbintang dan kami melampiaskan
perasaan kami dan benar-benar tanpa nafsu. Aku dan Vera telah menjadi
kekasih sesama jenis. Malam itu seperti malam pertama bagiku dan bagi
Vera, tanpa ada gangguan dari Tante Maria. Kami bercinta seperti
perkelahian macan yang lapar akan kasih sayang, dan setelah malam itu
Vera bertugas di perusahaan maskapai penerbangannya ke bangkok.
Entah
mengapa kepergiannya ke bandara sempat membuatku menitikan air mata,
dan mungkin aku telah menjadi lesbian. Karena Vera membuat hatiku
dipenuhi kerinduan akan dirinya, dan aku masih menunggu Vera di kos
Tante Maria. Walaupun aku selalu menolak untuk bercinta dengan Tante
Maria, tetapi saat pembayaran kos, Tante Maria tak ingin dibayar dengan
uang tetapi dengan kehangatan tubuhku di ranjang. Sehingga setiap satu
bulan sekali aku melayaninya dengan senang hati walaupun kini aku mulai
melirik wanita lainnya, dan untuk pengalamanku selanjutnya kuceritakan
dalam kesempatan yang lain.
No comments:
Post a Comment